Sabtu, 08 Desember 2012

Kita, Mi Instan, dan Topik Pernikahan



Bismillah..
[untuk menghindari kesalahan persepsi dini, maka kami sangat berharap agar dibaca sampai benar2 selesai]

Aku kagum pada mahasiswa yang tinggal di kos kosan, yang berlatarbelakang sebagai orang kurang mampu, (atau bahasa kerennya: orang miskin), tapi sama sekali  tidak mau makan mi instan. Minimal dia hanya mau makan nasi berlaukkan tahu, tempe, dan sayur. Ingat! Itu MINIMAL lho! Eitz..Bukan berarti dia orang yang tidak tau diri, maunya makan yang enak-enak doang. Bukan pula berarti mahasiswa ini boros dan tidak peduli orang tua yang kerja setengah mati.


Perhatikan baik-baik alasannya yaa. Mahasiswa ini menolak untuk makan mie instan karena tahu bahwa mie instan itu sangat tidak baik untuk kesehatan. Yah,, siapa sih di sini yang tidak tau fakta bahwa mi instan itu makanan yang burukzz?? Bahkan, aku dengar di Taiwan sudah membatasi produksi mi instan. Semua tahu. Hanya saja, sangat sedikit yang mengamalkannya. Terkhusus para mahasiswa kos kosan, yang konon katanya telah MEMPROKLAMASIKAN bahwa mi instan merupakan makanan wajib bagi mereka.

Menurutku, Mi instan sebenarnya hanya untuk orang-orang yang sedang berada dalam keadaan SANGAT darurat. Misalnya, temanmu datang ke kosmu membawa kondisi kelaparan level maut. Saat itu kamu yakin, bahwa orang malang itu 4 menit lagi bakal is Dead. Kamu tidak punya nasi, dan tidak punya waktu lagi untuk masak atau beli nasi goreng-apalagi nasi goreng Inayah yang butuh waktu kurleb 26 menit. Tp kamu punya indomie kaldu yg tadi kamu beli di Alfa Midi. Dets Rait! tindakan paling tepat ialah kamu memasak mi instan yang(katanya) Cuma membutuhkan waktu 3 menit.

Mari kita kembali kepada mahasiwa yang membuatku kagum itu. Tradisi atau kebiasaan yang berlaku di sekitar kita, bukanlah hal yang mudah untuk ditinggalkan. Keputusan mahasiswa ini untuk menjauh dari tradisi lingkungannya, tentu membutuhkan pemikiran yang luar biasa.
Sebenarnya sederhana saja cara berpikirnya. Aku menyebutnya, berpikir jangka panjang. Kalau tidak salah, Pemain catur menyebutnya berpikir 12 langkah ke depan. Artinya apa?  mahasiswa kita ini tidak sekedar berpikir: Makan untuk kenyang. Namun lebih dari itu, dia berpikir: Makan untuk kenyang, sehat, kuat, dan terhindar dari penyakit. Makan mi instan akan membuat kita kenyang. Tapi, ternyata tidak membuat kita sehat, yang ada justru mengundang banyak penyakit.

Tidak sampai disitu, Lebih jauh lagi, mahasiswa ini berpikir tentang penghematan. Mi instan mungkin sangat murah, yah cukup merogoh kocek 1500 rupiah, kita sudah bisa menikmati mi sedap goreng. Sudah bisa kenyang hanya dengan 1500 perak. Kalau 2 kali makan dalam sehari, berarti  menghabiskan 3000 perak. Dalam sebulan(30hari) meghabiskan uang 90.000 rupiah. Sangat murah.. dan tentu saja Super hemat! Eitz.. tunggu dulu.. kita sudah sepakat bahwa mi instan itu tidak baik bagi kesehatan kan? kan? Kaaaan?!Bagaimana kalau kita sakit? Misalnya, dalam sebulan kita sakit kepala sebanyak 10 kali. (Fakta: Kandungan MSG dapat mengakibatkan : penyumbatan pada otak, saraf & pembuluh darah sehingga berpotesi menimbulkan penyakit sepertiAlzheimer, Multiple Sclerosis, Stroke, Parkinson, kanker, rambut sering rontok, kanker usus, batu ginjal, gagal ginjal, dsb.) Kalau berobat, biasanya menghabiskan biaya minimal 3000 (beli panadol atau bodrex dkk). Jadi kalau 10 kali sakit kepala?, ya kita habiskan uang 30.000. Bagaimana dengan sakit perut(kandungan natriumnya yang tinggi, mengakibatkan : maag dan hipertensi) ? Yang Lebih ekstrim lagi, Bagaimana kalo kena kanker (Fakta: Kandungan pewarna kuning (tartrazin), bisa menyebabkan asthma, kanker dan penyakit lambung lainnya)?  Berapa biayanya? Sedikit bocoran ya, katanya biaya operasi kanker itu puluhan juta rupiah lhoo. Waah.. sudah bisa beli motor mio sporty tuh..

Kita Sudahi saja itung-itungnya yah. Intinya, mahasiswa tadi berpikir, meskipun dia harus mengeluarkan biaya yang sedikit mahal, tapi dia dapat terhindar dari biaya yang jauh lebih mahal. Memang seeh, tidak ada jaminan baginya untuk 100% selamat(dari sakit), tapi bukankah tugas kita hanya berdoa dan berusaha? Laki-laki Sejati adalah tipe manusia yang tidak mau menyerah pada keberuntungan. Makan mi bisa jatuh sakit, tidak makan mi juga jatuh sakit, yaaah.. lebih baik makan mi sampai sakit.. Saya mohon afwan kepada para Opportunis. Peace..^^v

****

Akhir-akhir ini, “menikah” menjadi topik hangat yang banyak beredar di kalangan mahasiswa, khususnya aktivis dakwah kampus, lebih khusus lagi yang semester akhir. Lebih khusus lagi yg masih belum laku. Sebagai salah satu “pelaku” dalam hal tersebut, maka aku sedikit banyak tahu tentang apa-apa yang dibahas. Yang membuatku tertarik ialah kendala atau penghambat utama mengapa mereka itu belum menikah. Kendalanya Cuma 1: Uang. sangat klasik. Kasihan mereka.. betul2 kasihaaan..

Salah satu kekurangan kita tercatat sebagai penduduk provinsi sul sel ialah tingginya biaya pernikahan. Di sini, di era 2012 ini, kalau mau menikah, kita harus menyiapkan uang minimal 20 juta! Yah, mahar yang harus tinggi, ditambah lagi uang “panaek” yang tinggi, dan yang lainnya dimana semua itu mampu menitikkan air mata. Huhu.. Lebih gawatnya lagi, lintasan waktu mencatat bahwa Setiap tahun biaya itu terus meningkat. Sekali lagi! Teruss meningkat! Makanya, berpikir cepat dan serba cepat wajib dilakukan. Beda kalo di Jawa, katanya biayanya murah. Tapi entahlah, murahnya itu bagaimana, aku juga kurang tau.

Duhai Teman-temanku, saudaraku sesama aktivis, sesama Syabaab yang masih berstatus “merindu”, tidakkah kalian merasa kasihan dengan mereka yang tengah menunggu? Benarkah 20juta itu penghalang bagimu? Ok. Sekarang dengarkanlah aku..
Baca kembali Fenomena mi instan di atas.. yah, pesannya satu dan singkat: Berpikir jangka panjang! Berpikirlah jangka panjang, wan! Mari Kita memilih penderitaan yang singkat untuk menghindari penderitaan yang berkepanjangan. Mari kita meninggalkan kenikmatan sesaat, untuk meraih kebahagiaan yang kekal hingga akhir hayat..

Di usia yang “ber api-api”  ini.. di zaman  yang penuh fitnah ini... Dimana Menjaga pandangan sudah menjadi solusi yang sangat susah. Nah, Tersisa dua: menikah dan puasa. kita bisa saja menunda untuk tidak menikah.. Maka, tinggalah puasa sebagai satu satunya cara. Sekarang, pikirkanlah segala kemungkinan yang bakal terjadi.. bagaimana kalau godaan tiba-tiba menyergap tepat pada saat turunnya semangat keimanan? bagaimana kalau setan - yang tidak pernah sedetikpun berhenti bekerja itu- berhasil menjerumuskan kita kepada kemaksiatan? Takutlah pada semua kemungkinan buruk itu, karena dampaknya adalah siksaan yang tiada tara... Kesimpulannya, lebih baik hanguskan saja duit 20juta itu daripada harus terbakar di neraka..

Sekarang Langsung ke Teknisnya saja ya..
Begini, Kalau kamu punya uang yang cukup, maka segeralah maju. Mungkin kamu berpikir, sayang kalau uang itu langsung dihabiskan begitu saja untuk menikah. Eitz..Ingat! Berpikir jangka panjang! Coba lihat! 20 jta itu tidak hanya untuk 1 malam! Dengan uang 20juta itu kamu mendapatkan”teman” baru yang siap memenuhi keinginanmu sampai mati! Kamu tidak perlu lagi masak nasi, cuci piring atau cuci baju, semuanya akan dilakukan untukmu secara ikhlas dan tanpa gaji! Kamu fokus kerja saja. Kalau kamu sakit atau sekedar lelah, atau pura-pura lelah, maka temanmu itu selalu ada di sampingmu. Tidak hanya itu, kamu juga memiliki keluarga baru. Bahkan di beberapa kasus ada juga yang mendapat rumah baru lho.. semua itu hanya dengan 20 juta perak! Kalau kamu tidak punya uang, kamu bisa pinjam ke teman yang tergolong mampu. Nah, untuk melunasinya nanti kan bisa kerjasama dengan teman barumu itu.. seru kan?

****

Aku menulis ini karena melihat fenomena ini dan mencoba memberi solusi. Tapi, ada yang lebih penting dari itu semua.  Terkadang kita sibuk membicarakan suatu topik sampai lupa diri. Begitu bersemangat ketika bicara tentang nikah, tapi tidak ada usaha untuk mempersiapkan diri. Kita Sama saja dengan orang yang bersemangat mau pergi perang, tapi tidak pernah memikirkan kondisi persenjataan dan strategi.

Maka Mulai saat ini, mari kita memuhasabah diri masing-masing. Kalau kita menyadari diri masih kekanak-kanakan, maka segeralah dewasa. Karena anak-anak tidaklah layak untuk menikah. Kalau selama ini, kita masih banyak bermain, maka kurangilah, dan banyaklah bekerja. Kalau merasa ilmu masih kurang, maka tingkatkanlah. Memang sih, kita bisa dewasa atau belajar setelah menikah nanti. Tapi itu sama dengan menyiapkan persenjataan dan strategi perang ketika sudah berada di medan peperangan. Agak terlambat bro... maka jangan terlambat..  Ingat, semakin lama semakin mahal lhoo..

Bukanlah hal yang penting membicarakan kapan datangnya kiamat.. tapi yang penting adalah apa usaha kita sebelum datangnya hari itu..
Bukanlah hal yang penting membicarakan kapan menikah atau bagaimana pahit manisnya menikah.. tapi yang penting adalah apa dan bagaimana persiapan kita menuju ke mahligai yang penuh warna itu..

Karena Menikah bukan Mi Instan.

NB:
- Afwan, kami tidak memuat dalil2 karena keterbatasan ilmu dan mengingat sasaran tulisan ini ialah mereka yang tau banyak dalil.
- Beberapa fakta di atas tidak berlaku mutlak secara universal. Misalnya, ttg mahalnya biaya nikah di sul sel. Krna ada juga(sedikit) yg murah, bahkan gratiss.


Wallohu a’lam..

Ba'da Ashar di Rappang, Sabtu, 8-12-12


Tidak ada komentar:

Posting Komentar