Ditulis oleh Ibnu Abu Bakar
Saudaraku,
mari kita bernostalgia sejenak, mengingat masa lalu kita, mengingat masa SMA
kita, ketika hidayah islam, hidayah sebagai sorang ikhwah, hidayah sebagai
seorang akhwat belum diberikan oleh Allah kepada kita. Saat kita masih bergelimang kemaksiatan, saat
tangan kita begitu kotor karena memegang wanita atau lelaki yang bukan mahram
kita, saat hati ini masih menduakan Allah dengan si-DIA, saat musik dan lagu masih menjadi makanan
keseharian kita, saat artis-artis masih menjadi idola kita, saat ibadah-ibadah
masih jarang dan bolong-bolong kita kerjakan, saat tutur kata kita adalah tutur
kata keburukan, yang keluar dari mulut kita adalah perkataan-perkatan kotor,
ketika nikmat kebersamaan dengan ikhwah atau akhwat belum kita rasakan, mari
mengingat sejenak masa-masa kegelapan tersebut. Lalu lihat lagi diri kita hari
ini. Diri dalam naungan hidayah, diri yang bergelimang kenikmatan atas
ketundukan pada Allah. Saat ini, kita selalu merasakan nikamatnya beribadah
kepada Allah. Bisa menikmati sholat dengun khusu`, berjama`ah sudah menjadi
rutinitas, saat kita merasakan betapa nikmatnya hidup ini dikala kita mampu
menjalankan sunnah Rasulullah, celana yang di atas mata kaki, hijab yang syar`I
bagi akhwat, merasakan nikmat iman dikala mampu menudukkan pandangan, merasakan
betapa nikmatnya selalu bersama dengan orang-orang sholeh, dimana mereka selalu
mengingatkan kita akan ketaatan kepada Allah, hidup nilkmat karena selalu bersama ikhwah atau selalu bersama akhwat, demikian pula nikmatnya
dapat mengikuti majlis ta`lim. Sungguh saudaraku, semua itu begitu nikmat. Maka coba jawab pertanyaan ini, maukah
relakah kita melepaskan nikmat hidayah ini untuk ditukar dengan nikmatnya dunia? Relakah kita melepaskan kenikmatan
bersama dengan Allah, berdua dengan
Allah, kemudian ditukar dengan kembali ke masa lalu kita ? Saat kita kembali
pacaran, masih memperlihatkan aurat, dan berbagai maksiat yang lain ? Relakah
kita ? hati yang tunduk pada Allah, tentu akan berkata TIDAK!
Saudaraku,
ini adalah sebuah pelajaran untuk kita. Pelajaran untuk pandai menghargai
nikmat hidayah. Untuk mampu memahami bahwa hidayah adalah barang mahal, namun
kemahalannya adalah tak terhingga karena tidak ada nilai rupiah yang dapat dijadikan patokan untuk menyetarakan nilai hidayah dengan
nilai rupiah tersebut. Terlalu hina dunia ini untuk ditukar dengan nikmat
hidayah, yang kata rasulullah bahwa nilai dunia ini (mobil mewah, rumah mewah,
emas permata, nilai A) adalah tidak lebih berharga dibandingkan sehelai sayap
nyamuk!
Inilah
yang dipahami oleh para pendahulu kita sehingga mereka rela bersakit-sakit di
dunia, demi mempertahankan nimat hidayah yang sedang mereka rasakan. Teringat
kisah Bilal bin rabah yang rela dijemur dipadang pasir yang panas, dibawah
terik matahari yang menyengat, dan ditindis dngan batu yang besar oleh
majikannya agar ia melapaskan nikmat hidayah islamnya dan kembali ke agama
nenek moyangnya, namun ternyata di luar
dugaan Bilal bin Rabah saat itu lebih memilih tetap menyimpan hidayah keimanan
dalam hatinya dari pada harus berbalik ke belang dan kembali pada kegelapan.
Sebuah kata fenomenal, ynag dicatat sejarah, menjawab tawaran majikannya, Ahad, Ahad, Ahad ! Pertanda , tuhan
hanya satu, agama ku hanya satu dan aku tak rela kembali meyembah banyak tuhan.
Sebuah pembuktian pemahaman yang begitu mendalam dari Bilal, nikmat hidayahnya
jauh lebih nikmat dibandingkan segala kenikmatan yang diratawarkan oleh
majikannya.
Mushab
bin Umair, sang pujaan hati para wanita Mekah, orang tajir, dengan gaunnya yang
selalu indah dan mewah bahkan parfumnya yang karena mahalnya, sudah dapat tercium
dari tempat yang jauh (1 km, pen). Anak yang begitu disayangi oleh orang tuanya
dan begitu dimanja, namun ketika ia merasakan nikmat hidayah berislam, maka
segala atribut dunia tadi rela untuk dilepaskannya. Ia rela diboikot oleh orang
tuanya, dan harus kehilangan segala kekayaan dan kemewaan atas putusannya
memilih agama Muhammad. Mengapa? karena ia mampu merasakan kenikmatan dalam
naungan hidayah tersebut.
Teringat
kisah sumayyah, Sang syahidah pertama, wanita budak beliang yang rela diikat
oleh majikannya, dan ditusuk dengan besi yang panas mulai dari mulutnya tempus
hinggah ke kemaluanya, demi apa ? mempertahankan hidayah yang dimilikinya.
Demikian pula dengan Ibnu Taimiah yang rela puluhan kali masuk penjara, rela keluar masuk penjara, bahkan harus meninggal dalam
penjara, karena memperjuangkan hidayahnya. Imam Ahmad yang rela dicambuk oleh
raja Al Ma`mun demi komitmen pada agama yang diyakininya, islam ! para sahabat
yang rela berhijarah
meninggalkan hartanya kekayaannya di Mekah menuju Madinah dan yang rela
berperang sampai titik darah penghabisan, semuanya hanya dengan satu tujuan,
komitmen pada agama atas nikmat hidayah islam yang sedang di rasakannya.
Begitu
pula dengan saudara muslim kita di Palestina, di Afganistan, di Checnia, maupun
di Sur`yah, perang yang mereka lakukan bukan untuk dirinya, bukan untuk
mendapatkan ganimah, namun demi
mempertahankan hidayah islam yang mereka anut. Mereka paham betul , bahwa
hidayah tak bernilai harganya, dan sangat
nikmat bernaung di dalamnya.
Masa KKN Tiba
Saudaraku….tepat
setelah aku membaca pengumuman terbukanya kembali pendaftaran KKN REGULAR dan
KKN-PPL TERPADU, maka hati ini tersentak untuk segera menulis tulisan ini
sebagai sebuah pesan cinta untuk mu,
saudara ku…
Ahali hikmah berkata :
“ Saudara yang baik, bukanlah
saudara yang membenarkan kata-kata mu, namun saudara yang baik adalah yang
mengatakan kepadamu tentang kebenaran”
Saudaraku, simaklah kisahku…
KKN ku betul-betul memberikan aku
pembuktian kebenaran perkataan para senior dahulu tetang ganasnya KKN merenggut
hidayah seorang ikhwah dan akhwat. Banyak ikhwah yang setelah KKN berubah
menjadi laki-laki (bukan lagi ikhwah) dan banyak akhwat yang berubah menjadi
peremuan (bukan lagi akhwat setelah KKN). Curhatku, Sungguh berat rasanya ketika dikali pertama
aku bertemu denga teman-teman seposko ku, aku harus menerima kenyataan bahwa
aku se posku, hidup satu atap selama 3 bulan dengan KETUA HMI, TIGA ORANG
MAHASISWI SENI, DUA ORANG BERAGAMA NASRANI, DUA ORANG FASIK (sudah tau
kebenaran namun enggan mengerjakan), SATU ORANG MAHASISWI CENTIL yang senang
menyebar gossip, satu orang MAHASISWI CEREWET yang tidak mau berhenti
berceloteh bahkan suaranya
selalu terdengar dari rumah sebelah. Coba banyangkan saudaraku,aku harus
tinggal seposko dengan mereka selama 3 BULAN ? Hampir tiap hari mereka
mengumbar auratnya..dan hampir setiap saat, siang dan malam laki dan peremuan
seposkoku selalu bercampur baur. Perempuan yang saat keluar rumah mengenakan
kerudung, namun saat di dalam posko dengan murahnya mereka menjajakan mahkota
‘rambutnya’ kepada siapa saja. Bahkan betisnya pun dapat dilihat, GRATIS.
Terlebih lagi yang agama nasrani,
pahanya pun GRATIS (pen, afwan). Awalnya, aku berusaha untuk mampu bersabar dengan kondisi
ini dan mencoba mendekati teman laki-laki untuk di dakwah fardiyahi,sambil
sekali-kali menyinggung teman-teman wanita tadi agar punya sedikit rasa malu,
namun sebulan berselang, ternyata terasa begitu berat. Hampir setiap waktu sholat
aku mengingatkan mereka, namun nyaris tidak pernah panggilanku digubris oleh
mereka. Bahkan
sampai singgungan-singgungnnku pada wanita tadi, mereka seakan tak merasa
bersalah. Maka sampai detik ketika aku sedang menulis tulisan ini pun, aku
tetap belum mampu mengajak mereka merasakan nikmat berislam. Kebersamaan ku
dengan mereka sungguh terasa begitu berat, seakan aku bagikan seekor ikan yang
tempat hidupnya adalah di air, namun harus disimpan di daratan. Menggelepar dan
tersiksa. Begitulah aku yang terbiasa hidup bersama ikhwah namun harus hidup
tiga bulan bersama mereka. Walupun aku sadar, bahwa ini adalah ujian keimanan untukku. Jika di Makassar aku mampu taat
kepada Allah dalam keramaian bersama ikhwah, maka Allah ingin mengujiku, mampu
kah aku taat dalam kesunyian dari ikhwah ? Sama kah ketaatanku saat banyak
orang yang melihat dan saat hanya bersunyi dengan beberapa orang ikhwah ?
Tantangan ini yang ingin selalu ku taklukkan, karena, nahnu du`at `ala kulli
sya`i. saya adalah seorang da`I dimana saya berada. Saat bersama ikhwah atau
tidak, saya tetap da`i dan harus
terus taat dimana pun, kapanpun, dan dalam keadaan apapun. Ini bukti keikhlasan
ibadah. Tuhan yang disembah saat di Makassar adalah Allah, yang
disembah saat di kampung pun adalah Allah, maka orang yang ikhlas adalah orang
yang mampu menjaga ibadahnya dimana pun ia berada. Ittaqillaha haitsu maa kunta. Bertakwalah kepada Allah dimana pun engkau
berada.
Namun saudara ku, kisah ku tidak
sampai di situ. Ada yang lebih mengagetkan aku. Bahkan kali pertama aku
mengalaminya, seakan tidak percaya. Hati ini betul-betul tak dapat percaya dan
sangat tak mau percaya, namun harus dipaksa untuk percaya dan menerima kenyataan itu. Kenyatan
yang begitu memilukan dan betul-betul membuat jantungku berdetak sangat kencang
tak beraturan. Karena ketidakpercayaanku, aku mengejar untuk memastikannya,
menghilangkan keraguannku. Ternya benar.
Kenyataan itu harus ku terima. Seorang shahabiahku, salah satu teman
seperjuangan, seorang akhwat yang di Makassar begitu hebat menjaga hijabnya,
betapa sangar dan tegas dalam menjaga agamanya, aku harus melihatnya terjatuh
dalam jurang yang sangat dalam. Aku melihat akhwat tersebut di suatu malam (akhwat
keluar malam adalah perkara yang tidak lumrah). Namun saudarku, tidak cukup
sampai di situ, tidak hanya sekedar keluar malam, karena tahu kah engkau dimana
aku melihatnya ? Bukan di mesjid sebagaimana ia sering berada di Makassar,
namun ketahuilah saudaraku, aku melihatnya pada malam itu, berada di tempat muda
mudi sering berkumpul. Namun sekali lagi saudaraku, kisahku belum cukup sampai
di situ. Kenyataan yang lebih pahit harus ku terima sambil ku elus-elus dada
ini dan beristigfar pada Allah
berulangkali karena sunguh seakan tak percaya dengan kenyataan itu,
ketika kulihat ia dengan wajah yang ceria, menaiki sebuah motor, bukan saudara
ku, bukan, bukan bersama akhwat sebagaimana di Makassar, namun bersama seorang
laki-laki yang ku tak tahu siapa dia? Apaya dia ? Masih dengan terus
beristigfar dan mencoba ber husnudzon, bahwa mungkin ia dibonceng dan duduk
dengan sangat dekat sekali seperti itu, ia bersama dengan mahramnya. Namun hati
ini serasa sulit untuk menrima husnudzon tersbut. Sulit sekali. Karena tidak
hanya sepasang saudara ku, tapi tiga pasang muda-mudi. Semuanya berpasangan.
Tiga motor dan setiap motor di isi oleh seorang laki-laki dan seorang
perempuan. Mereka semua satu rombongan. Dimana salah seorang perempuan itu
adalah sang akhwat tadi. Astagfirulllah…. Berulang-ulang ku ucapkan karena
sungguh, seakan tak percaya. Seorang akhwat, pejuang dakwah di Makassar, di
kampus, salah seorang macan kampus, begitu hebat menjaga hijabnya, bahkan
karena sangat hebatnya, kehebatan akhwat ini sering menjadi buah bibir di
kalangan ikhwah, harus terjatuh, saat KKN .Hidayah keakhwatannya dijual dengan sekedar nilai A. Sebandingkah ?
Belum lah lagi saudara ku, apa bila
ku ceritakan engkau kisah akhwat yang terfitnah oleh seorang ikhwah teman
seposkonya, karena hijab yang begitu
longgar di antara mereka, ketika sang akhwat minta tolong pada ikhwah (sebut
ikhwah A) untuk diinstalkan laptopnya dan saat ia mau membayar upahnya, ikhwah
A tersebut berkata tidak usah…maka seketika itu pula setan sudah mulai bermain
di hati sang akhwat. Si akhwat tadi kemudian meng-sms ikhwah lain (ikhwah B)
yang satu kelas denganya dan bertanya: “eh, sejak kapan tarbiyah ikhwah A ?
Dijawab oleh ikhwah B : sejak semester dua. Lalu sang akhwat tadi membalas lagi
: “ih,,, baiknya mbo..”. ini adalah
perkataan cikal bakal anak panah iblis
di hati anak cucu adam, naudzubillah…di lain kisah, pada kesempatan yang
berbeda ketika seorang akhwat yang juga seposko dengan ikhwah, suatu ketika
berjalan bersama seluruh teman seposkonya ke suatu masjid dan tiba-tiba…tali sepatu sang akhwat
terlepas, maka taukah engkau apa yang terjadi setelah itu ? Sang akhwat
tersebut langsung memanggil sang ikhwah dan berkata : tolong pegangkan ka` HP
ku. Kenapa mesti minta tolong kepada ikhwah? Buka kah masih banyak muslimah
yang lain ?
Ataukah saudaraku, engkau ingin
menyimak kisah seorang ikhwah yang saat sebelum KKN begitu mantap keikhwaannya,
celananya sunnah sekali, bahkan sampai di pertengahan betis, banyak pembesar
dakwah di UNM hari ini yang lahir dari tangannya, namun setelah KKN, yang kata
berbagai informasi yang kami dapatkan, beliau terfitnah di sana, hinggah
akhirnya, saat ini, celananya sudah dibawah mata kaki bahkan keluar dari jam`ah
dan saat ini menjadi futur…
KKN ADALAH PROGRAM FUTURISASI
Saudaraku…
ketahuilah bahwa KKN adalah program FUTURISASI
IKHWAH DAN AKHWAT. Bila engkau bertanya mengapa KKN mampu memfuturkan mereka, maka ini jawabku..
1. Sosialisasi
KKN memaksa kita untuk bersosialisasi dengan
masyarakat dan teman seposko. Kalau kita bersosialisasi, beradaptasi, bahkan
menyatu dengan mereka, maka tentu cuma ada dua pilihan. Mereka mengikuti kesholehan kita atau sebaliknya kita
yang mengikuti kejahilan mereka.
Penyatuan adalah persamaan. Perasaman kita dalam kejahiliannya mereka adalah
kefuturan.
2. Keakraban
Potensi akrab dengan teman seposko sangat besar.
Bagaimana tidak, tiap hari bahkan setiap saat bertemu. Apalagi laki-laki dan
perempuan tinggal bersama dalam satu rumah. Bangun tidur bertemu, mau makan
bertemu, mau ke WC bertemu, mau nonton TV bertemu, saat musyawarah bertemu,
bahkan bagi ikhwah dan akhwat, saat sholat Tahajjud dan sahur pun bertemu. Dan
bayangkan saudaraku…pertemuan itu bukan hanya sekali dua kali, namun
berkali-kali…selama 60 hari untuk KKN regular dan 90 hari untuk KKN-PPL. Dengan
interaksi selama itu, saling mengetahui karakter dan kepribadian masing-masing
mau atau tidak mau, suka atau tidak suka sangat mungkin terjadi. Bahkan bagi
sebagian orang ini adalah peluang besar untuk PDKT. Naudzubillah…
3. Musik
Mungkin di Makassar ikhwah dan akhwat sangat anti
dengan musik, namun di posko harus beretmu
dengan orang awwam. Orang yang tiap
hari, bahkan tiap saat selalu dengar musik.
Bahkan pernah terjadi, teman seposko ikhwah dari fakultas seni, sakit kepala kalau tidak dengar musik. Kalau ikhwah dan akhwat sakit kepala saat dengar musik,
maka ia sakit kepala saat tidak dengar musik.
Bagi mereka musik adalah hiburan dan penenang hati, tapi bagi kita musik adalah
racun. Adapaun al quran adalah penenag
hati. Saudaraku, awalnya mungkin kita mampu memegang idealisme
keikhwaan/keakhwatan kita, namun bila ini terus terjadi dan kita membiarkan
saja tanpa ada reaksi, kita yang seposko, serumah, bahkan se kamar dengannya
sedikit demi sedikit dapat terbawah pada kebiasaan tersebut. Bayangkan kalau
tiap hari bersamanya dan tiap hari dengar musik yang diputarnya. Musik jadi makanan sehari-harinya dan menjadi pengantar tidurnya lalu kita
pun tidur satu kasur dengannya. Hati ini akan goyah dengan
ditandai ikut bergoyangnya kaki saat
musik berdendang. Ikhwah atau akhwat kakinya ikut bergoyang saat dengar musik ?
atau kah kepalanya yang ikut mengangguk-angguk mengikuti dendangan lagu? naudzu
billah…ini kefuturan saudaraku.
4. Mengumbar Pandangan
Saat bersama ikhwah/akhwat kita begitu istiqomah untuk
menundukkan pandangan, namun di lokasi KKN menundukkan pandangan menjadi begitu
berat. Serumah, selalu bertemu sebagaimana yang diungkapkan sebelumnya, saat
musyawarah, saat ada kegiatan, saat di ruang makan, di ruang keluarga, saat di
depan WC, kadang juga saling memandang saat berpapasan di jalan, dan berbagai
saat yang lain. Awalnya mungkin komitmen, tapi lama-kelamaan belum tentu.
Mungkin saat di Makassar tak satu pun wanita/laki-laki (bagi akhwat) yang
wajahnya dihapal. Namun saat di posko, seluruh wajah teman posko sudah
terhapal. Jangankan wajah, bahkan mungkin kepribadian dan segala kebiasaan
teman seposko sudah terhapal habis. Kalau mau
menikah dengan salah satu diantara teman seposko tersebut, gak perlu
lagi acara ta`arrufan karena kebersamaan kita seposko dengan mereka,
membuat kita lebih banyak tau tentang si dia, sinyal antenanya makin kuat kata
orang. Terlebih lagi saat syetan berbisik, ih…tidak sopan kalau ada orang bicara baru
tidak diliat muka`nya, nanti tersinggungki…astagfirullah…di sinilah tipu
muslihat syetan dan banyak ikhwah dan akhwat terjatuh di dalamnya. Ini
kefuturan saudaraku.
5. Dima`comblangi
Bukan rahasia lagi, begitu banyak pejuang dakwah yang
saat di kampus bagaikan singa-singa padang pasir yang siap menghantam semua
pelaku maksiat, namun selepas KKN terfitnah dengan dunia; pacaran.
Naudzubillah..bagaimana tidak, ketika teman seposko kita mema`comlangi,
menjodoh-jodohkan sesama teman seposko. Bisa jadi antara yang paling tampan
dengan yang paling cantik di posko tersebut, bisa jadi yang sama-sama pendiam,
bahkan ustadz dan ustadzah posko pun
tidak luput dijodoh-jodohkan. Mungkin ikhwah dijodohkan dengan perempuan dan
yang paling seringnya dijodohkan dengan akhwat bila satu posko. Akhwat pun
kadang dijodohkan dengan laki-laki, bahkan dengan ikhwah bila satu posko.
Awalnya memang tak ada rasa, namun lama kelaman mulai berasa. Awalnya tidak
apa-apa, namun karena sering digosipin, diejek-ejek, dipasang-pasngkan, maka
manusia mana yang hatinya tidak goyah. Lelaki mana yang tidak tertarik pada
wanita dan wanita mana yang tidak tertarik pada lelaki ? Ikhwah mana yang tidak
berharap mendapatkan akhwat dan akhwat mana yang tidak pernah mengharapkan
ikhwah ? Sungguh tipu daya syetan begitu hebat saudaraku..saling melirik,
saling memperhatikan, saling mencari-cari informasi satu sama lain, mampu
menggugurkan iman wahai saudaraku. Seorang seniorpun pernah menceritakan kisah
seorang lelaki awwam yang terfinah, tertarik pada seorang akhwat bercadar.
Bukan dengan wanita yan jelas cantiknya karena wajahnya tepampang gratis, namun
dengan akhwat bercadar, yang wajahnya tidak pernah terlihat olehnya. Usut punya
usut, ternyata lelaki tersebut tertarik pada kepribadian dan suara sang akhwat.
Saudartaku, berhati-hatilah..ingatlah sabda
rasulullah :
“bahwa
tidak lah aku meninggalkan fitah (ujian) yang lebih berat bagi seorang
laki-laki, kecuali ujian karena seorang wanita”
“sesungguhnya
pandangan adalah anak apanah iblis…”
“Tidak
akan akan merasakan manisnya iman kecuali orang yang mampu menundukkan
pandangannya…”
Allah
pun berfirman dalam surah annur ayat 30 dan 31:
“Wahai
lelaki muslim, tundukkanlah pandanganmu…wahai wanita muslimah, tundukkanlah
pandanganmu..”
6. Tidurrus + Makan + Nonton + Game
Saudaraku, sudah menjadi rahasia umum bahwa KKN adalah
tempat bersantai bagi kebanyakan orang. Kalau di Makassar sangat sibuk, maka
banyak mahasiswa yang menjadikan KKN sebagai wadah istirahat. Ikhwah dan akhwat
pun sering terfitnah di sini. Ketika di kampus sangat sibuk mengurus dakwah.
Bangun pagi-pagi dan harus begadang untuk memikirkan umat, maka saat KKN
dianggap saat yang tepat untuk beristirahat. Memulihkan kembali syaraf dan otot
yang tegang terus di Makassar mengurus ummat. Tidurrus (tidur terus) menjadi rutinitas. Bukan tadarrus tapi tidurrus. Setelah tidur, langsung bangun dan mengarah ke meja makan
mengambil makanan yang telah disiapkan oleh teman atau ibu posko. Sambil makan
atau setelah makan dilanjutkan dengan nonton TV. Bosan nonton TV, laptop jadi
sasaran untuk main game. Yah…begitulah setiap hari. Berulang hinggah menjadi
siklus harian sampai waktu penarikan tiba. Sadarkah kita saudaraku bahwa main
game termasuk perbuatan sia-sia. Nonton TV pun kebanyakannya adalah kesia-siaan
bahkan bisa jadi maksiat saat lihat aurat. Sedangkan rasulullah bersabda : Salah satu tanda keimanan seseorang adalah
meninggalkan perkara yang sia-sia. Dan saat kita kebanyakan bergelut dengan
kesia-siaan, masikah kita beriman ? banyak tidur dan banyak makan adalah
perkara sia-sia saudaraku. Bahkan dapat mematikan hati. Hati yang mati adalah
yang tidak dapat merasakan lezatnya ibadah. Padahal jelas-jelas ibadah adalah
pil penenag jiwa. Rasulullah saja pernah bersabda : wahai bilal, istirahatkan saya. Maka bilal bukannya pergi mengambil
bantal dan kasur, namun bilal IQOMAT. Pertanda Rasulullah ingin sholat
berjama`ah bersama sahabatnya. Artinya, istirahatnya Rasulullah adalah
dengan ibadah. Mengapa ? karena ibadah adalah kelezatan bagi Rasulullah. Lalu
saat KKN, apakah banyak ibadah atau banyak tidur? Apakah banyak ibadah atau
banyak makan ? saudaraku, cukup lihat saja wajah kami, alumni KKN, yang semakin
`mottok` atau perut yang semakin
buncit atau berat badan yang semakin naik.
7. Syubhat Solidaritas, persaudaraan,
kekompakan
Syubhat ini yang banyak ikhwah dan akhwat tidak mampu
membendungnya. Atas nama solidaritas, persaudaraan, kekompakan, sangat sering
menjadi senjata syetan untuk mencari mangsa-mangsa serigala. Teman-teman kadang
mengajak kita melakukan ini dan itu, tidak pandang halal atau haram, yang penting
kompak.
a. Fitnah Kepala desa/kepala
sekolah/guru /korcam/kordes/korsek gaul
Kepala desa/kepala sekolah/guru gaul semacam ini akan
sering membuat pesta atau acara-acara tertentu, yang penting ngumpul, itu semboyan mereka. Mereka sering datang ke
posko dan otomatis sebagai anak KKN wajib bagi kita untuk meladeni mereka
cerita dan berdiskusi (yang tidak jelas). Mengajak ke acara pengantin, makan
jagung bareng, makan es cendol bareng, makan bakso bareng, naik mobil bareng,
rekreasi bareng, dan parahnya mereka
yang memfasilitasi bahkan berani keluarkan kocek dalam-dalam. Kalau tidak punya
filter kuat, malu/segan/tidak enak menolak ajakan, maka jadilah kita mangsa
serigala alias FUTUR. Bagaimana tidak futur kalau selalu buat pesta, bagaimana
tidak futur kalau selalu ikhtilat
(campur baur), bagaimana tidak futur kalau selalu mengumbar pandangan pada yang
bukan mahramnya ? Ya Allah..jauhkanlah kami dari semua ini.
b. Finah Isra` mi`rah, Maulid,
Barazanji, Yasinan, Ta`siah, dan Bid`ah-bid`ah lain
Masyarakat tentu sangat menghormati anak KKN sehingga
apabila masyarakat punya hajatan tertentu, pasti mengundang anak KKN untuk ikut
serta. Bahkan kadang dijadikan panitia pelaksana. Masalahnya disini, kita
sebagai orang tertarbiyah dan paham keharaman berbuat bid`ah akan dilema. Di
satu sisi kita dipandang sebagai ustadz atau ustadzah, namun disisi lain kita
paham bahwa itu adalah bid`ah. Ikhwah dan akhwat yang tidak pandai berkilah
atau memudah-mudahkan perkara bid`ah, akan terjatuh pada perkara bid`ah
tersebut. Dan ingatlah saudaraku, sesungguhnya keburukan itu akan
saling-panggil memanggil dengan keburukan yang lain sehingga sekali kita
berbuat keburukan, akan memanggil kita melakukan keburukan yang lain. Sekali
kita berbuat bid`ah atau maksiat, akan memanggil kita melakukan bid`ah atau
maksiat yang lain. Ketahuilah, bahwa dalam satu desa atau kampung, bukan hanya
satu masjid, tapi bisa jadi ada beberapa masjid yang secara bergilir melakukan
bid`ah-bid`ah. Pun dengan rumah masyarakat, bukan hanya satu rumah tapi puluhan
bahkan ratusan rumah, yang setiap rumah berpotensi mengundang untuk melakukan
salah satu bid`ah.
c. Fitnah Rekreasi/Pesta Perpisahan
Banyak sekali pejuang dakwah terjatuh pada masalah
ini. Rereasinya tidak masalah, namun yang bermasalah adalah di tempat rekreasi
tersebut. Berikhtilat (campur baur), membuka aurat, foto bareng, bercanda
bareng, makan bareng, jabat tangan dengan ibu atau bapak posko, ibu atau kepala
desa, ibu atau bapak guru adalah bentuk pelanggaran syariat yang sangat mungkin
terjadi. Fitnah ini kadang hadir di akhir masa KKN. Banyak ikhwah dan akhwat
terjatuh pada hal ini dengan alasan solidaritas.
Acara terakhir. Kapan lagi kita ketemu, jangan pikir akhirat terus, pikir juga
dunia,dll. Ikhwah dan akhwat yang tersubhati dengan perkataan itu (sering
muncul dari teman seposko) akan berkata, tidak
papaji. Acara terakhir mi memang. Ini
mi yang terakhir, setelah ini tidak mi lagi. Ataukah bertkata, tidak papa ji..darurat! Padahal saudaraku, kata
darurat dalam islam hanya dipakai saat berhubungan dengan nyawa (kematian).
Contoh : saat di tengah hutan dan tidak ada lagi makanan selain babi, maka
berlakulah darurat. Kalau tidak makan babi tersebut akan mati, maka babi
tersebut tidak papa dimakan secukupnya, setidaknya sampai sudah bisa menyambung
hidup, terhindar dari kematian (tidak boleh sampai kenyang).
d. Cap EXTRIM,EKSLUSIF, TIDAK GAUL
Apabila ikhwah dan akhwat di tempat KKN berkomitmen
untuk menjaga hijab dengan yang bukan
mahram, tidak menghadiri kegitan-kegitan sia-sia atau bid`ah, jarang gabung
denga teman seposko, maka tentu cap EXTRIM,EXKLUSIF, TIDAK GAUL akan
tersematkan untuk ikhwah dan akhwat. Apabila tidak bersabar dengan hal ini,
maka saat mulai membuka diri untuk menghilangkan cap itu, bisa jadi tabir
syetan akan terbuka dan menjatuhkan kita sedikit demi sedikit tanpa disadari.
Dari pengalaman penulis, banyak ikhwah dan akhwat yang menjadi goyah saat
terkena subhat ini.
KKN Bukan Kue Coklat
Saudaraku,
dari sini kita harus memetik pelajaran bahwa KKN bukan kue coklat, bukan
brownis yang enak dan lezat dimakan, hinggah kita semua berlomba-lomba
mendapatkannya dan memprogramkannya bahkan walaupun sebenarnya kita sedang memiliki amanah untuk mengurus ummat di
kampus. Kita sedang berada dalam kontrak dengan Allah, menjadi orang pilihan
ALLAH untuk mengurus agama Nya. Saudaraku…KKN adalah kawat berduri, batu
berduri, bahkan bagaikan srigala ganas yang dapat menerkam siapa saja. Tak
pandang akhwat atau ikhwah. Orang yang di kampus saja merupakan pejuang dakwah
yang begitu militan, namun di arena KKN, mereka pun dapat terjatuh sedalam itu…tenggelam
dalam `kebersamaan`, bahkan banyak yang tak dapat tertolong lagi…
Saudaraku,
kami para kakandamu tak pernah berpikir untuk menunda-nunda akademikmu,, namun
kami menasehatimu sebagai bukti sayang
kami padamu. Sayang, ingin selalu
bersama dan tak ingin kehilanganmu, maka kami takut kehilangan diri mu saudara
ku. Kami takut KKN merenggut kebersamaan kami dengan mu..
Maka
saudaraku, ingatlah bahwa kita diikat oleh ikatan iman, ikatan ukhuwah, ingatlah
bahwa kita diikat oleh jama`ah. Kita bukan orang yang meyendiri sehingga kita
dapat berijtihad sendiri. Kita bukan ulama yang saat berijetihad dan
salah, maka tetap dapat pahala. Tapi saudaraku.. kita ini hanyalah orang awwam
yang apabila berijetihad sendiri, maka konsekuensinya adalah MENJUAL HIDAYAH
yang kita miliki. Kita berda dalam jama`ah dakwah saudaraku, dan kita punya
pimpinan yang dapat mengarahkan kita. Di UNM ada FSI RI dan FMUI yang
mengomandoi dakwah, maka mari saudaraku, minta lah pertimabangan para senior ta sebelum memutuskan berangkat
atau tidaknya KKN. Karena kita berjama`ah, maka pengaturan siapa yang berngkat
KKN semester ini atau semester depan, tidak boleh atas ijetihad/keputusan
sendiri namun harus hasil musyawarah
bersama dalam jama`ah.
Saudaraku,
statusmu sebagai PNS (pegawai negeri Syurga), dikontark langsung oleh ALLAH,
SKnya juga dari Allah, penilai kerja mu pun ALLAH, maka jangan sampai
keberangkatanmua KKN saat ini malah menyisakan lubang besar dalam jama`ah
sehinggah tandzim tergoyahkan dan banyak amanah ALLAH (proker) tidak berjalan,
atau kalaupun berjalan, jalannya tidak maksimal. Jagan sampai kepergianmu
menghancurkan manajemen lembaga karena tidak ada orang lain yang berkapabel selain
engkau yang mengurus lembaga dakwah ini. Jangan sampai kepergianmu membuka
pintu musuh-musuh Allah untuk menyerang kita. Atau mematahkan langkah-langkah
dakwah kita. Ingat saudaraku, jangan sampai dakwah mati karenamu. Jangan sampai
banyak halaqah tarbiyah terbengkalai karena kepergianmu. Pertimbangkanlah itu
wahai saudaraku…
Saudaraku,
hilangkan kehendak nafsuh dalam diri kita. Jangan berangkat KKN karena nafsuh
tapi berangkat lah karena Allah. Kalau kita berangkat dan keberangkatan kita
atas keputusan hawa nafsuh, bukan hasil musyawarah dalam jam`ah, maka tentu
saat di lokasi KKN kita akan dikuasai oleh hawa nafsuh. Namun jikalau kita
berangkat karena Allah, setelah memohon ridho dalam jama`ah kita, sebagai hasil
musyawarah, maka niat kita yang karena Allah tersebut akan menjadikan kita
dijaga oleh Allah selama di tempat KKN.
Jika
pun engkau berdalih bahwa ini adalah desakan orang tua, maka ketahuilah
saudaraku, bahwa itu memang sudah lumrah. Namanya juga orang tua. Sebagaimana
engkau didesak oleh orang tua mu. Kami semua pun demikian, kami semua juga
didesak oleh orang tua kami. Maka tugas kita berkomunikasi dengan orang tua,
melobi mereka dan membujuk mereka, memahamkan mereka bahwa saat ini kita masih
punya kuliah yang harus diselesaikan. Meyakinkan mereka bahwa walaupun kita KKN
semester depan atau tahun depan, tidak akan menjadikan kita lambat selesai. Dan
memang KKN bukan jaminan sudah akan selesai. Dalam pengalaman penulis dan hasil
sharing dengan beberapa orang senior, maka tidak akan
mungkin ada orang tua yang memaksa anaknya KKN sacara berlebihan karena orang
tua pun yakin bahwa kita sebagai anaknya tentu lebih tau tentang kuliah kita
dari pada mereka. Saudara ku..sengotot kita meyakinkan orang tua kita agar
mereka berkenan membelikan/memberikan laptop,
motor, buku, uang SPP, uang praktikum, hingga mereka yakin dan mewujudkan
keinginan kita, maka seharusnya sengotot itu pulah lah kita membujuk orang tua
kita mewujudkan keinginan kita agar menunda dulu KKN untuk sementara, jika
memang jama`ah menginginkan keberangkatan kita ditunda terlebih dahulu demi
dakwah yang membutuhkan kita.
Saudaraku,tujuan
hidup ini adalah ibadah, maka pertimbangkanlah sekarang, mana yang lebih dekat
pada ibadah, berangkat KKN sekarang atau mengurus dakwah di Makassar ? kita
hidup untuk kumpulkan pahala, maka coba pikirkan sekarang, mana yang lebih
berpahala,menunda dulu KKN dan tinggal mengurus dakwah di Makassar atau
berangkat KKN sekarang ? Saudaraku, kita berbuat untuk dekatkan diri pada
ALLAH, maka coba renungkan sekarang, mana yang lebih mendekatkan pada ALLAH,
tinggal dulu membina ummat di makasar atau berangkat KKN sekarang ? Saudaraku,
apabila kita semua telah bermusyawarah dan memang memandang lebih maslahat
untuk dakwah bila antum berangkat sekarang, maka jama`ah tidak akan mungkin
menghalangimu berangkat. Pasti kami mendukung keberangkatanmu sekarang, demi
maslahat yang lebih besar. Yang mana yang terbaik untuk dakwah makaitulah
pilihan jam`ah insyaAllah.
Saudaraku,
hilangkanlah kehendak nafsuh dalam diri dan berangkatlah KKN setelah
bermusyawarah dalam jama`ah, karena keputusan musyawarah adalah keputusan
terbaik. Banyak kepala yang memetuskan lebih baik dari padahanya satu kepala
yang memutuskan. Hidayah adalah barang mahal yang tak ternilai harganya. Maka
relakah kita menukar nikmat nilai A KKN, gelar S.Pd, Gelar S.Si, dengan hidayah
yang kita miliki saat ini ? Apabila engkau telah bermusyawarah dalam jama`ah
dan diputuskan engkau berangkat KKN sekarang, maka berangkatlah dengan misi
dakwah. Insyaallah, keberangkatanmu KKN adalah pilihan terbaik. Pesanku,
peganglah prinsip, “saya meninggalkan dakwah untuk beralih pada medan dakwah yang lain”.
Namun apabila musyawarah jama`ah memutuskan engkau tetap berada disini, di
Makassar, mengurus dakwah, dan KKN mu lebih maslahat bila ditunda dulu, maka
yakinlah saudaraku, itu pun adalah keputusan terbaik untuk mu.
Rasulullah
bersabda:”barang saipa yang meninggalkan
sesuatu karena Allah, maka pasti Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik
dari itu.”
Saudaraku,
semakin banyaknya ujian hidup yang kita rasakan, maka kita semakin yakin dengan
jalan yang kita tempuh saat ini. Kita semakin yakin bahwa jalan yang sedang
kita lalui saat ini benar-benar jalannya nabi dan rasul. Susah payah, menyakitkan,
berat, penuh ujian dan cobaan, itulah jalannya nabi dan rasul. Maka bila kita para pejuang agama Allah
merasakan hidup yang penuh susah payah, hidup yang menyakitkan, berat, cobaan
bertubi-tubi dan datang silih berganti, siang dan malam, penuh semak berduri,
maka yakinlah akhi wa ukhti, bahwa jalan yang sedang kita lalui tersebut,
itulah jalannya para nabi dan rosul. Nabi dan rosul Allah berjalan pada jalan
itu untuk menuju pada satu tujuan, Jannah ! maka pilihan kita berjalan di jalan
yang sama sebagaimana nabi dan rasul pun berjalan pada jalan itu, adalah sebuah
perjalanan kita menuju tempat yang sama,
menuju kebersamaan yang hakiki dengan nabi dan rosul Allah tersebut, yaitu syurga.
Al ajaru `alaa qadri al-masyakkah
“ Seberat cobaan yang kita
dapatkan, maka sebesar itu pulalah pahala yang Allah siapkan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar