Pemandian Ermes Bantaeng |
KABUPATEN BANTAENG:
Gradasi Epistemologi Cinta yg Sejati
Bismillah..
Mendengar Nama Kabupaten BANTAENG, terlintas di pikiranku seekor hewan mirip kerbau*
Mendengar kata BANTAENG
,terlintas di pikiranku benda langit yang berkelipan di malam hari**
Mendengar kata BANTAENG,
terlintas di pikiranku salah satu tempat di Makassar bernama Somba Opu***
Mendengar kata BANTAENG,
terlintas di pikiranku sebuah tulisan di atas karton gelas kaca****
Mendengar kata BANTAENG,
terlintas di pikiranku sebuah slogan****
Mendengar kata BANTAENG,
terlintas di pikiranku salah satu peralatan mandi*****
Kalau ada orang yang mengaku sebagai Dokter Cinta,
maka aku akan mengklaim dia adalah Pendusta!
Yah.. Cinta itu sangat rumit..
Cinta itu.. Kembali merasuk ke dalam jasadku..Menyelusup ke sela-sela
rusukku.. Menggejolak dan membakar setiap sudut relung hatiku..
***
Kemarin, atau secara Non Deixis-nya pada Tanggal 2
Juni 2012, Aku pergi Rihlah(rekreasi) bersama teman-temanku: Kak Hamid dari UMI, Kak
Uki dari UNM Gunsar, Kak Herman dari UIN, Ilham dari UIN, kak Kamil dan
temannya dari Pesantren Tahfidzul Qur’an, beserta Murobbi(guru) kami, Ustadz
Marlih Abdul Hamid Hafidzahullah. Sesuai dengan hasil musyawarah, kami
memutuskan untuk Rihlah ke BANTAENG!
Tentu saja aku harus mengatakan “Wah!”. Ini pertama kalinya aku ke Bantaeng.
Sungguh, sebuah perjalanan yang sangat istimewa! How
a beautiful journey! Maukah kalian aku
ceritakan perjalanan kami?
Pukul 14.05 WITA kami berangkat. Kami berangkat
dengan menaiki mobil salah seorang dari kami. Mau tau mobil siapa? Ah, yg
pastinya bukan saya! Ketika aku hendak masuk ke dalam mobil, aku cukup kaget
juga. Ternyata di dalam mobil itu ada perempuan!! Lebih khusus lagi, perempuan
itu seorang akhwat!! Ikhwanifillah, Pasti dalam hati kalian mengatakan “Wah!”. Iyah,,
Ukhti itu duduk di bagian depan, di samping ikhwa yg bertindak selaku sopir.
Kuperhatikan wajahnya, cukup cute
juga. Astaghfirullah.. aina ghawdul bashor?
Di sampingnya ada Ust. Marlih. Hmm.. pasti
keluarganya Ustadz nih.. wah.. ada apa gerangan?
Perjalanan kami berlanjut. Aku sudah tidak
memperhatikan ukhty itu lagi.. Alhamdulillah..istiqomah.. istiqomah!!
Kulirik kaca spion, eh di sana ada wajahnya.. Cutenya bertambah 7 kali lipat kalo
dilihat dari kaca spion.. Astaghfirullah.. aina ghawdul bashor?
Perjalanan seperti biasa. Tidak ada yang istimewa
sampai ketika kami tiba di Kab. Takalar. Ukhty itu tiba-tiba menangis. Ustadz
Marlih berusaha menenangkannya. Semakin dibujuk, semakin nangis dia. Maka,
terjadilah perkara yang tidak diinginkan. Ustadz Marlih memutuskan untuk
memulangkan akhwat itu ke Ibunya. Kami disuruh berangkat duluan. Katanya, nanti
ustadz menyusul.
Ustadz Marlih beserta anaknya yang berusia 4 atau 5
tahun itu pun keluar dari mobil. Aku
pindah ke depan.
Tanpa keberadaan ustadz di mobil, aku mendominasi
pembicaraan. Atau lebih tepatnya bertanya. Ikhwa yang duduk di sampingku, atau
sang sopir, ternyata pernah keliling dunia. Ya, beliau pernah berkunjung ke
beberapa Negara di Eropa. Bahkan, dia
sempat menyelesaikan D3 nya di Belgia. Maka, jadilah dia sasaran pertanyaanku.
Diceritakanlah kisahnya, mulai dari pertemuannya dengan seorang Bule yg
kebetulan lewat di depan rumahnya, lalu bule itu memberikan alamatnya di
Belgia, hingga akhirnya sang ikhwa itu ditakdirkan menginap beberapa tahun di rumah Bule itu.
Kisahnya sungguh luar biasa, InsyaAllah, nanti kalau ada waktu, aku bikinkan
tulisan khusus mengenai perjalanan beliau. Pokoknya, jauh lebih hebat daripada
kisahnya si Andrea Hirata!
Sekitar 1 jam perjalanan, tibalah kami di Jeneponto.
Ikhwa tahfidz meminta agar kami singgah shalat Ashar di Masjid Agung Jeneponto
sambil istirahat. Jenepoto sangat panjang dan sedikit membosankan. Di pinggir
jalan begitu banyak baliho kampanyae. Kebosanan jadi berlipat ganda ketika kami
melalui jalan raya yg jelek. Pokoknya jeleeek sekaali! Memasuki waktu maghrib,
kami singgah lagi untuk shalat maghrib dijama’ dengan Isya.
Pukul 18.20 suasana berubah. Jalan raya berubah 180o !
Ternyata Kami sudah memasuki wilayah kabupaten BANTAENG! SUbhanallah, Jalanannya benar2 mulus. Memasuki kota, aku
benar2 kagum melihat kebersihannya. Mobil langsung menuju ke sebuah Rumah Sakit
yang katanya dibangun di atas laut yang ditimbun. Laut ditimbun? Wah.. aku baru
dengar itu..
Ketika tiba di sana, pemandangan yang unik mulai
menyapa kami. Gelap dengan sedikit lampu. Kami tidak melihat pemandangan yg
menarik. Di tempat itu, ada banyak orang pacaran. Ada juga penjual baju. Di
tempat itu, aku tidak melihat banyak perbedaan dengan pantai Losari. Namun, aku
benar2 apresiasi dengan ide menimbun laut itu.
Perjalanan berlanjut. Menelusuri malam kota BANTAENG, membuat kami bersemangat.
Tanpa terasa, keakraban mulai terjalin di antara kami. Diskusi demi diskusi
mulai meramaikan suasana mobil. Aku yang duduk di dekat jendela, terus
mengamati setiap jengkal kota ini. Di pinggir jalan, ada pesan-pesan pemerintah
yang beda dari yg lain. Diantaranya: “Puasa itu Sehat”, “Sudahkah anda
Shalat?”, “Riba itu Haram”, dll. Pemerintah macam apa ini? Aku baru melihat ada
pesan pemerintah seperti itu yang dipasang sepanjang jalan. Dan juga, aku tidak
melihat banyak baliho dan spanduk kampanye di sana. Sanitasi dan penerangan
kota sangat baik.
Kesana kemari tanpa membawa alamat, kami bertanya di
setiap tikungan. “Dimana Desa Kaloling?” Terus saja..lalu belok kanan katanya..
kami pun terus lalu belok kanan.. belum dapat, kami bertanya lagi..belum dapat
juga.. akhirnya kami menelpon keluarga ustadz.. Habis pulsa 20rb, rumah yg
dituju pun dapat.
Kami disambut hangat oleh keluarga ustadz.. blum
smpat mreka bertanya, kami sudah jelaskan bahwa ustadz akan menyusul kami.
Mereka meminta kami agar makan duluan saja.. tidak usah tunggu ustadz.. kami
menolak., kami mau tunggu ustadz dulu.. mereka memaksa kami.. kami pun makan..
makanannya enak.. pedas dan gurih.. sederhana tapi bumbu kebersamaan membuatnya
77 kali lebih enak daripada di Paotere..
Beberapa menit setelah makan, ustadz Marlih pun
tiba. Alhamdulillah beliau selamat..
Kami berbincang mengenai Tujuan Rihlah kami.
Ternyata, sangat banyak juga. Pertama, kami mau berkunjng ke kebun coklat.
Lalu, berenang di Ermes. Lalu ke permandian air panas. Lalu ke air terjun.. dan
yang terakhir, kami mau berkunjng ke kebun apel..
Pagi-pagi sekali, kami brkunjung ke kebun coklat
ustadz. Ustadz bercerita bahwa kebunnya menjadi percontohan di kab. Bantaeng! Mahasiswa
Bogor sering berkunjung ke kebun itu. Di sana banyak metode berkebun yang
diterapkan. Ada system sambung pucuk, sambung batang, dll. Di sana juga ada
banyak buah-buahan. Ada pisang, jeruk, nanas, langsat, coklat, dll.
Tujuan kedua, kami tuju stelah sarapan. Kolam renang
Ermes. Airnya berasal dari sumber mata air. Ada kejadian menarik di sana.
Di jalan tadi, kami sudah merencanakan untuk memilih
tempat renang yang paling dalam, . alasannya, karena di sana biasanya kurang orang.
Sesampainya di kolam renang, semua ikhwa terjun dan berenang. Ikhwa paling
tinggi pun, tidak mampu mencapai dasar. Sangat dalam!! Katanya sampai 3 meter!
Semua berenang kecuali aku dan ilham. Ilham ternyata tidak pandai berenang.
Tapi, dia memiliki alibi yg bijak. Dia memegang camdig dan memilih menjadi
fotografer. Maka tinggallah aku duduk sendirian di pinggir kolam. Kulihat para
ikhwa dengan gembiranya berenang ke sana kemari. Kulihat ustadz yg berenang
layaknya perenang professional. Sejenak Aku merenung. Sebenanrnya aku bisa
berenang. Minimal melayang atau mengapung di air. Hanya saja, mentalku
dikalahkan oleh dalamnya kolam itu. Larut dalam lamunanku, tiba2 aku merasakan
ada dorongan di punggungku. Sangat keras smpai2 aku tidak mampu menahan gaya yg
ditimbulkannya. Kurasakan tubuhku terlempar menuju kolam. Tidak sampai 2 detik,
aku rasakan tubuhku tenggelam ke bawah air. Kugerakkan tanganku dengan panic.
Ku rentangkan kakiku, mencoba meraih dasar kolamnamun sia-sia. Aku tenggelam.
Hingga akhirnya, seorang ikhwa menarikku naik ke atas kolam. Aku selamat. Hampir
saja aku mati tenggelam. Siapa yg mendorongku? Ternyata, sang pendorong itu
adalah ust. Marlih. Aku tidak marah. Seorang guru harus mendorong muridnya
untuk belajar, bukan?
Belum sampai disitu. Aku yg merasa pecundang itu
mencoba memberanikan diri untuk turun ke air. Kulihat di sisi sana ada tangga.
Nah, aku mau turun lewat itu saja. Disana aku bisa berenang sambil pegangan di
tangga kolam. Aku berlari –lari kecil menuju tangga itu. 5 meter sebelum sampai
ke tangga itu, kakiku terpeleset oleh licinnya lantai. Tubuhku tdk mampu
mengembalikan keseimbangan. Aku terjatuh ke belakang. Kepalaku terhantuk ke
lantai. tidak ada yg sakit di fisikku. Aku langsung berdiri tegak secepatnya.
Kulihat sekeliling, tidak ada yg tertawa maupun terenyum. Artinya, tdk ada yg
melihat adegan terjatuhku. Kecuali ikhwa di sana yg terlihat berusaha menahan
tawa.
To be Continued..(insyaAllah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar