Minggu, 10 Juni 2012

KABUPATEN BANTAENG: Gradasi Epistemologi Cinta yg Sejati


Pemandian Ermes Bantaeng

KABUPATEN BANTAENG: Gradasi Epistemologi Cinta yg Sejati
Bismillah..
Mendengar Nama Kabupaten BANTAENG, terlintas di pikiranku seekor hewan mirip kerbau*
Mendengar kata BANTAENG ,terlintas di pikiranku benda langit yang berkelipan di malam hari**
Mendengar kata BANTAENG, terlintas di pikiranku salah satu tempat di Makassar bernama Somba Opu***
Mendengar kata BANTAENG, terlintas di pikiranku sebuah tulisan di atas karton gelas kaca****
Mendengar kata BANTAENG, terlintas di pikiranku sebuah slogan****
Mendengar kata BANTAENG, terlintas di pikiranku salah satu peralatan mandi*****
Kalau ada orang yang mengaku sebagai Dokter Cinta, maka aku akan mengklaim dia adalah Pendusta!
Yah.. Cinta itu sangat rumit..

Cinta itu.. Kembali merasuk  ke dalam jasadku..Menyelusup ke sela-sela rusukku.. Menggejolak dan membakar setiap sudut relung hatiku..
***
Kemarin, atau secara Non Deixis-nya pada Tanggal 2 Juni 2012, Aku pergi Rihlah(rekreasi)  bersama teman-temanku: Kak Hamid dari UMI, Kak Uki dari UNM Gunsar, Kak Herman dari UIN, Ilham dari UIN, kak Kamil dan temannya dari Pesantren Tahfidzul Qur’an, beserta Murobbi(guru) kami, Ustadz Marlih Abdul Hamid Hafidzahullah. Sesuai dengan hasil musyawarah, kami memutuskan untuk Rihlah ke BANTAENG! Tentu saja aku harus mengatakan “Wah!”. Ini pertama kalinya aku ke Bantaeng.
Sungguh, sebuah perjalanan yang sangat istimewa! How a beautiful journey!  Maukah kalian aku ceritakan perjalanan kami?
Pukul 14.05 WITA kami berangkat. Kami berangkat dengan menaiki mobil salah seorang dari kami. Mau tau mobil siapa? Ah, yg pastinya bukan saya! Ketika aku hendak masuk ke dalam mobil, aku cukup kaget juga. Ternyata di dalam mobil itu ada perempuan!! Lebih khusus lagi, perempuan itu seorang akhwat!! Ikhwanifillah, Pasti dalam hati kalian mengatakan “Wah!”. Iyah,, Ukhti itu duduk di bagian depan, di samping ikhwa yg bertindak selaku sopir. Kuperhatikan wajahnya, cukup cute juga. Astaghfirullah.. aina ghawdul bashor?
Di sampingnya ada Ust. Marlih. Hmm.. pasti keluarganya Ustadz nih.. wah.. ada apa gerangan?
Perjalanan kami berlanjut. Aku sudah tidak memperhatikan ukhty itu lagi.. Alhamdulillah..istiqomah.. istiqomah!!
Kulirik kaca spion, eh di sana ada wajahnya.. Cutenya bertambah 7 kali lipat kalo dilihat dari kaca spion.. Astaghfirullah.. aina ghawdul bashor?
Perjalanan seperti biasa. Tidak ada yang istimewa sampai ketika kami tiba di Kab. Takalar. Ukhty itu tiba-tiba menangis. Ustadz Marlih berusaha menenangkannya. Semakin dibujuk, semakin nangis dia. Maka, terjadilah perkara yang tidak diinginkan. Ustadz Marlih memutuskan untuk memulangkan akhwat itu ke Ibunya. Kami disuruh berangkat duluan. Katanya, nanti ustadz menyusul.
Ustadz Marlih beserta anaknya yang berusia 4 atau 5 tahun itu pun keluar dari mobil.  Aku pindah ke depan.
Tanpa keberadaan ustadz di mobil, aku mendominasi pembicaraan. Atau lebih tepatnya bertanya. Ikhwa yang duduk di sampingku, atau sang sopir, ternyata pernah keliling dunia. Ya, beliau pernah berkunjung ke beberapa Negara di Eropa.  Bahkan, dia sempat menyelesaikan D3 nya di Belgia. Maka, jadilah dia sasaran pertanyaanku. Diceritakanlah kisahnya, mulai dari pertemuannya dengan seorang Bule yg kebetulan lewat di depan rumahnya, lalu bule itu memberikan alamatnya di Belgia, hingga akhirnya sang ikhwa itu ditakdirkan  menginap beberapa tahun di rumah Bule itu. Kisahnya sungguh luar biasa, InsyaAllah, nanti kalau ada waktu, aku bikinkan tulisan khusus mengenai perjalanan beliau. Pokoknya, jauh lebih hebat daripada kisahnya si Andrea Hirata!
Sekitar 1 jam perjalanan, tibalah kami di Jeneponto. Ikhwa tahfidz meminta agar kami singgah shalat Ashar di Masjid Agung Jeneponto sambil istirahat. Jenepoto sangat panjang dan sedikit membosankan. Di pinggir jalan begitu banyak baliho kampanyae. Kebosanan jadi berlipat ganda ketika kami melalui jalan raya yg jelek. Pokoknya jeleeek sekaali! Memasuki waktu maghrib, kami singgah lagi untuk shalat maghrib dijama’ dengan Isya.
Pukul 18.20 suasana berubah. Jalan raya berubah 180o ! Ternyata Kami sudah memasuki wilayah kabupaten BANTAENG! SUbhanallah, Jalanannya benar2 mulus. Memasuki kota, aku benar2 kagum melihat kebersihannya. Mobil langsung menuju ke sebuah Rumah Sakit yang katanya dibangun di atas laut yang ditimbun. Laut ditimbun? Wah.. aku baru dengar itu..
Ketika tiba di sana, pemandangan yang unik mulai menyapa kami. Gelap dengan sedikit lampu. Kami tidak melihat pemandangan yg menarik. Di tempat itu, ada banyak orang pacaran. Ada juga penjual baju. Di tempat itu, aku tidak melihat banyak perbedaan dengan pantai Losari. Namun, aku benar2 apresiasi dengan ide menimbun laut itu.
Perjalanan berlanjut. Menelusuri malam kota BANTAENG, membuat kami bersemangat. Tanpa terasa, keakraban mulai terjalin di antara kami. Diskusi demi diskusi mulai meramaikan suasana mobil. Aku yang duduk di dekat jendela, terus mengamati setiap jengkal kota ini. Di pinggir jalan, ada pesan-pesan pemerintah yang beda dari yg lain. Diantaranya: “Puasa itu Sehat”, “Sudahkah anda Shalat?”, “Riba itu Haram”, dll. Pemerintah macam apa ini? Aku baru melihat ada pesan pemerintah seperti itu yang dipasang sepanjang jalan. Dan juga, aku tidak melihat banyak baliho dan spanduk kampanye di sana. Sanitasi dan penerangan kota sangat baik.
Kesana kemari tanpa membawa alamat, kami bertanya di setiap tikungan. “Dimana Desa Kaloling?” Terus saja..lalu belok kanan katanya.. kami pun terus lalu belok kanan.. belum dapat, kami bertanya lagi..belum dapat juga.. akhirnya kami menelpon keluarga ustadz.. Habis pulsa 20rb, rumah yg dituju pun dapat.
Kami disambut hangat oleh keluarga ustadz.. blum smpat mreka bertanya, kami sudah jelaskan bahwa ustadz akan menyusul kami. Mereka meminta kami agar makan duluan saja.. tidak usah tunggu ustadz.. kami menolak., kami mau tunggu ustadz dulu.. mereka memaksa kami.. kami pun makan.. makanannya enak.. pedas dan gurih.. sederhana tapi bumbu kebersamaan membuatnya 77 kali lebih enak daripada di Paotere..
Beberapa menit setelah makan, ustadz Marlih pun tiba. Alhamdulillah beliau selamat..
Kami berbincang mengenai Tujuan Rihlah kami. Ternyata, sangat banyak juga. Pertama, kami mau berkunjng ke kebun coklat. Lalu, berenang di Ermes. Lalu ke permandian air panas. Lalu ke air terjun.. dan yang terakhir, kami mau berkunjng ke kebun apel..
Pagi-pagi sekali, kami brkunjung ke kebun coklat ustadz. Ustadz bercerita bahwa kebunnya menjadi percontohan di kab. Bantaeng! Mahasiswa Bogor sering berkunjung ke kebun itu. Di sana banyak metode berkebun yang diterapkan. Ada system sambung pucuk, sambung batang, dll. Di sana juga ada banyak buah-buahan. Ada pisang, jeruk, nanas, langsat, coklat, dll.
Tujuan kedua, kami tuju stelah sarapan. Kolam renang Ermes. Airnya berasal dari sumber mata air. Ada kejadian menarik di sana.
Di jalan tadi, kami sudah merencanakan untuk memilih tempat renang yang paling dalam, . alasannya, karena di sana biasanya kurang orang. Sesampainya di kolam renang, semua ikhwa terjun dan berenang. Ikhwa paling tinggi pun, tidak mampu mencapai dasar. Sangat dalam!! Katanya sampai 3 meter! Semua berenang kecuali aku dan ilham. Ilham ternyata tidak pandai berenang. Tapi, dia memiliki alibi yg bijak. Dia memegang camdig dan memilih menjadi fotografer. Maka tinggallah aku duduk sendirian di pinggir kolam. Kulihat para ikhwa dengan gembiranya berenang ke sana kemari. Kulihat ustadz yg berenang layaknya perenang professional. Sejenak Aku merenung. Sebenanrnya aku bisa berenang. Minimal melayang atau mengapung di air. Hanya saja, mentalku dikalahkan oleh dalamnya kolam itu. Larut dalam lamunanku, tiba2 aku merasakan ada dorongan di punggungku. Sangat keras smpai2 aku tidak mampu menahan gaya yg ditimbulkannya. Kurasakan tubuhku terlempar menuju kolam. Tidak sampai 2 detik, aku rasakan tubuhku tenggelam ke bawah air. Kugerakkan tanganku dengan panic. Ku rentangkan kakiku, mencoba meraih dasar kolamnamun sia-sia. Aku tenggelam. Hingga akhirnya, seorang ikhwa menarikku naik ke atas kolam. Aku selamat. Hampir saja aku mati tenggelam. Siapa yg mendorongku? Ternyata, sang pendorong itu adalah ust. Marlih. Aku tidak marah. Seorang guru harus mendorong muridnya untuk belajar, bukan?
Belum sampai disitu. Aku yg merasa pecundang itu mencoba memberanikan diri untuk turun ke air. Kulihat di sisi sana ada tangga. Nah, aku mau turun lewat itu saja. Disana aku bisa berenang sambil pegangan di tangga kolam. Aku berlari –lari kecil menuju tangga itu. 5 meter sebelum sampai ke tangga itu, kakiku terpeleset oleh licinnya lantai. Tubuhku tdk mampu mengembalikan keseimbangan. Aku terjatuh ke belakang. Kepalaku terhantuk ke lantai. tidak ada yg sakit di fisikku. Aku langsung berdiri tegak secepatnya. Kulihat sekeliling, tidak ada yg tertawa maupun terenyum. Artinya, tdk ada yg melihat adegan terjatuhku. Kecuali ikhwa di sana yg terlihat berusaha menahan tawa.

To be Continued..(insyaAllah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar