Minggu, 08 April 2012

Setelah Suriah, akan tiba giliran Indonesia?


Roda api terus bergulir di Timur Tengah, mulai dari perang Teluk hingga di Libanon, kemudian disusul di Afghanistan, kemudian Irak, Palestina, Mesir, Libya, Yaman dan saat ini di Suriah merupakan pembantaian Massal kepada orang-orang mempersaksikan dirinya sebagai seorang muslim. Kuburan-kuburan massal terus lahir di negeri-negeri kaum muslimin yang membuat kita harus melihat lebih dalam akar permasalahan dari renteten kejadian itu semua. Akhirnya sampailah kita pada kesimpulan perseturuan yang begitu panjang antara Syi’ah terhadap Sunni.
Permusuhan Syi’ah terhadap Ahlu Sunnah (baca: Islam/muslimin) sangatlah nyata. Jika mereka masih minoritas, maka mereka akan berlindung dengan seruan “Persatuan Islam”. Tapi jika mereka mayoritas dan berkuasa maka mereka akan memperlakukan Ahlu Sunnah dengan sangat kejam. Sebagaimana yang terjadi di Iran dan Irak. Di Irak, dengan bersekutu tentara kafir Amerika, para syi’ah Rafidhah membantai kaum muslimin di sana. Syi’ah rafidhah melakukan sweaping terhadap Ahlu Sunnah, jika di antara mereka ada yang bernama Abu Bakar, Usman, Umar atau nama sahabat lainnya, maka mereka tak segan untuk membunuhnya bahkan membakarnya hidup-hidup.


Keadaan yang Terjadi di Suriah
Sejak sepuluh tahun lalu, Iran telah beroperasi dan bekerja di Suriah untuk menyebarkan paham Syiah. Mereka membangun Husainiyyat (Syiah) dan membuka pusat-pusat Syiah. Demikian dikatakan seorang warga Suriah yang kini tinggal di Jeddah, Ghiyath Abdul Baqi as-Shuraiqi, kepada Suara Islam Online.
Menurut Ghiyath, Iran beroperasi dan bekerja di Suriah untuk menyebarkan Syiah yaitu membangun husainiyyat (Syiah) dan membuka pusat-pusat Syiah. Mereka membeli orang-orang dengan uang dan memfasilitasi dengan rumah-rumah, akomodasi dan mobil agar orang-orang (Suriah) itu menjadi Syiah.
Rezim bathiniyah di Suriah dipimpin oleh Jenderal “pembunuh” Hafez al-Assad dan kemudian setelah kematiannya (digantikan oleh) anaknya, yaitu: Bashar al-Assad.
Pemerintah Suriah memberikan layanan kepada Iran dan membantu mereka merencanakan untuk menyebarkan Syiah di Suriah, sebuah negara dengan penduduk mayoritas Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Ada ribuan rakyat Iran, terdapat di Damaskus, Aleppo, dan Latakia; mereka membujuk orang untuk terlibat dalam doktrin Syiah. Kemudian, Iran telah mengirim (ke Suriah) tentara Iran di Teheran, senjata dan ahli-ahli militer yang melibatkan diri dalam pembunuhan kaum Ahlus Sunnah wal Jama’ah di Dir’a, Homs dan Lattakia, Hama, dan Hibr as-Shafur, Idleb, Aleppo, Der Zor dan kota-kota lainnya di Suriah.
Pihak lain yang ikut terlibat (pula) dalam kejahatan dan dalam pembunuhan rakyat suriah ini adalah kelompok Syi’ah Hizbullah berasal dari Lebanon dan Muqtada al-Sadr, syiah yang datang dari Iraq. Tindakan-tindakan kekejaman ini direstui dan didukung Israel dan Yahudi, Amerika dan Barat. Israel mengatakan: Hafez As’sad dan gengnya di Suriah adalah penjaga dan pelindung Negara Israel.
Bahkan puluhan tentara Suriah yang membelot ditembak oleh militer Suriah ketika sedang berupaya meninggalkan markas untuk bergabung dengan para pejuang anti Basyar Asad.

Ukhuwah Islam yang Sangat Rapuh
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. …” (Terjemah QS. Al-Hujurat:10)
Cobalah kita melunakkan hati ini dan menambah kepekaan sosial kita terkhususnya kepada sesama kaum muslimin yang Allah telah mempersaudarakan kita melebihi dari pertalian darah.
Kita mulai dengan mengingat kejadian yang terjadi di Palestina yang merupakan kiblat pertama kaum muslimin, negeri yang tegak didalamnya sebuah masjid bernama al-Aqsa, salah satu dari tiga masjid yang Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam jaminkan keutamaan di dalamnya.
Ketika pembantaian kaum muslimin disana oleh negeri Yahudi bernama Israel, apa yang telah kita berikan? Sudah seberapa banyak harta yang kita keluarkan untuk mereka? Apakah penderitaan mereka bukan penderitaan kita? Apakah rasa lapar, sakit, luka yang begitu parah dan kehilangan orang tercinta berupa kehilangan orang tua, anak, saudara dan istri begitu sulit untuk kita rasakan? Atau bahkan mungkin hanya sekedar do’a dengan menengadahkan tangan ke langit adalah sesuatu yang begitu sulit dan berat kita lakukan.
Sekarang pembantaian kaum muslimin merebak ke sebuah negeri Syam (Suriah dan sekitarnya) yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan keutamaannya:
“Pergilah ke Syam, karena ia adalah bumi pilihan Allah, Dia memilih hamba-hamba terbaikNya untuk ke sana. Jika kalian tidak mau, maka pergilah ke Yaman kalian dan minumlah dari telaga-telaga kalian. Karena sesungguhnya Allah telah menjamin untukku Syam dan penduduknya.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban dan al-Hakim. Dishahihkan oleh al-Albani).
“Beruntunglah Syam!” Sahabat bertanya: “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” Lalu beliau menjawab: “Karena sungguh malaikat Allah membentangkan sayap-sayapnya kepada negeri itu.” (Lihat Shahih al-Tirmidzi, 3/254)
Dan sebuah do’a yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan:
“Ya Allah, berkahilah untuk kami pada negeri Syam kami dan pada negeri Yaman kami.” (HR. Al-Bukhari).
Apakah kita akan melakukan sesuatu yang sama seperti dengan negeri Palestina berupa ketidakhirauan dan kepedulian akan kita berikan kepada negeri Suriah yang tercatat sekurang-kurangnya lebih dari 8.343 kaum muslimin di sana telah gugur sebagai syuhada’ –insya Allah- di tangan manusia keji bernama Basyar al-Asad.
Seorang ahli bedah Perancis, Jacque Beres yang baru saja kembali ke Paris dari Suriah Februari lalu menggambarkan pertumpahan darah yang ia lihat di sana sebagai salah satu yang paling mengerikan yang pernah ia saksikan selama 40 tahun dirinya bekerja di zona perang.
“Ini adalah neraka” kata Beres Selasa lalu pada pertemuan aktivis HAM di Jenewa.
“Ini pembunuhan massal. Benar-benar tidak adil. Ini tidak dapat dibenarkan “
Untuk semakin menguatkan tulisan kami ini alangkah lebih baiknya jika para pembaca melihat korban-korban kedzaliman Bashar Asad lewat internet bahwa apa yang kami sampaikan dalam tulisan ini adalah benar adanya. Harapan kami pula sesama kaum muslimin berupa ajakan untuk mendo’akan kaum muslimin di Suriah yang telah meninggal dunia agar diterima sebagai syahid oleh Allah, serta mendo’akan kehancuran kepada pemimpin Thaghut mereka bernama Bashar Asad bersama pasukan dan sekutunya.
Indonesia Terancam!
Para dai dan ulama Ahlussunnah (kaum Muslimin) harus menyadari bahwa kaum Syi’ah selama ini telah berusaha mengaburkan batas-batas perbedaan antara Syi’ah dan Ahlu sunnah. Mereka menggemborkan bahwa perbedaan itu hanya sebatas perbedaan mazhab. Ini adalah kedustaan besar, mereka mengadakan ini adalah taqiyah mereka. Suatu strategi agar dapat diterima oleh khalayak umat Islam di Indonesia. Jika sebelumnya pada bulan April 2011 lalu mereka berusaha untuk membuat Forum MUHSIN (Majelis Ukhuwah Sunnah-Syi’ah Indonesia) yang diprakarsai oleh Dewan Mesjid Indonesia yang sudah disusupi dengan IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) itu hanyalah manuver mereka untuk memberikan persepsi seolah-olah Sunnah dan Syi’ah di Indonesia bisa bersatu.
Bagaimana mungkin Sunnah dan Syi’ah bisa bersatu sedang Al-Qur’an kita dengan Al-Qur’an mereka berbeda (Al-Qur’an Syi’ah: Mushaf Fatimah berjumlah 17.000 ayat), mereka (syi’ah) shalat hanya dalam tiga waktu dan kaum muslimin shalatnya lima waktu, mereka (syi’ah) mencela para sahabat sedangkan kaum musimin menghormatinya. Kecuali jika mereka telah bertaqiyah (baca: berdusta) kepada anda.
Adapun doktrin Imamah merupakan doktrin yang paling penting. Doktrin inilah yang mewarnai hampir seluruh ajaran Syiah secara umum, seperti Tahrif al-Qur’an, pengkafiran para sahabat dan umat Islam non Syiah, penghalalan darah mereka, dan lain-lainnya.
Hal itu sangat dimaklumi, karena di dalam konsep Imamah inilah kekuasaan akan bisa diraih, semua pengikutnya diwajibkan untuk mentaati imam-imam mereka yang ‘maksum’ dan tidak pernah berbuat salah, apalagi mereka diangkat langsung oleh Allah Ta’ala dengan melalui nash dan wasiat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tentunya, dengan diterapkannya konsep Imamah ini dalam tataran politik, akan membentuk kekuatan yang luar biasa, karena akan didukung oleh para pengikutnya yang sangat fanatik dan rela mengorbankan apa saja demi tercapai tujuan-tujuan yang telah diletakkan oleh para Imam mereka. Revolusi Iran merupakan contoh nyata dari penerapan konsep Imamah tersebut.
Harus kita garisbawahi dan kita sadari bersama, bahwa agama Syi’ah yang muncul dari Republik Iran ini pada akhirnya bertujuan untuk “mengekspor revolusi”  sebagaimana yang telah berhasil dilakukan Imam Khomeini di Iran ke negara-negara yang mayoritas penduduknya Islam. Saat ini pergolakan yang terjadi di Timur Tengah sudah ditunggangi milisi Syi’ah (laskar Hizbullah) untuk dapat dijadikan momentum dan peluang untuk berkuasa.
Khatimah
Tentunya, masih banyak doktrin-doktrin Syiah yang bertentangan dengan aqidah umat Islam, bahkan doktrin-doktrin tersebut bisa mengganggu keamanan masyarakat, karena berujung pada revolusi berdarah untuk merebut kekuasaan.
Oleh karenanya, umat Islam harus selalu waspada dengan gerakan-gerakan seperti ini, agar peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau seperti pembantaian umat Islam secara massal yang terjadi  di Baghdad pada masa Khilafah Abbasiyah, kemudian terulang kembali di saat jatuhnya Saddam Husen, begitu  juga sabotase berdarah yang terjadi di Makkah al Mukarramah yang diikuti dengan pencurian Hajar Aswad, konflik berdarah yang tidak kunjung selesai yang terjadi di Pakistan, Yaman, dan Bahrain serta peristiwa–peristiwa lainnya, agar semua itu bisa dihindari khususnya di negara Indonesia yang mayoritas umat Islamnya bermanhaj Ahlus Sunnah.
Terakhir, kami mengajak umat Islam, khususnya para ulama dan cendikiawan untuk banyak membaca buku-buku literatur aliran Syiah ini, dan mengikuti perkembangan politik yang ada di Timur Tengah, supaya kita benar-benar mengetahui hakekat gerakan aliran ini, sehingga tidak mudah terkecoh dengan slogan-slogan kosong yang sering diusung berupa “Persatuan Sunni-Syi’ah”, padahal kenyataannya tidak demikian.
Mudah-mudahan Allah membimbing kita kepada jalan-Nya yang lurus, dan memberikan kepada kita kekuatan untuk selalu memegang kebenaran hingga akhir hayat kita, Amien.
Oleh: Abu Usamah, Aktivis LDK UNM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar