Bismillah..
Facebook telah menginvasi penduduk bumi selama kurang lebih tujuh tahun.
Pengaruhnya berdampak merata ke seluruh Negara. Ia menjerumuskan manusia pada
sebuah zona multidimensi. Akibatnya, interaksi antar manusia tidak lagi
dibatasi oleh ruang. Si Ali yang lagi asyik makan bakwan di kantin kampus, bisa
berkomunikasi secara live dengan Djokowi yang lagi basah ngurus banjir. Si Bob
yang taunya Cuma bahasa bugis, bisa berteman dengan Lionel Messi. Si Coki yang super
introvert, bisa menjadi lebih popular dari ketiga calon gubernur. Ada banyak hal yang ditawarkan oleh Si Buku
Wajah ini. Namun, karena keterbatasan kami dari segi ilmu, tenaga, waktu, dan
dilijensi, maka kami hanya akan mengangkat 3 hal.
1.
Tagging/menandai
Mungkin kita semua
pernah atau bahkan seringkali menandai teman pada postingan kita, baik itu
status, foto, video, ataupun catatan(selanjutnya kami selalu mewakilkan
keempatnya dengan kata “postingan”). Ini
merupakan fitur publikasi yang sangat jitu. Dengan menandai teman, maka
postingan itu akan muncul di dinding teman(yang ditandai). Bila dipikirkan
secara kasat otak, maka ini semacam forced publication atau publikasi
secara paksa. Artinya apa? Kita memaksa teman mengetahui apa yang kita posting
tersebut.
Mungkin kita semua
pernah atau bahkan seringkali merasa jengkel ketika ditandai pada sebuah
postingan. Gimana gak jengkel coba? Puluhan pemberitahuan mendadak muncul
bertubi tubi, lalu setelah dibuka, eh ternyata Cuma adu komen antar orang yg
tak dikenal yang terjadi pada postingan itu dan tidak ada hubungannya sama sekali dgn
kita.
Kemarin, aku
membaca sebuah wall post dari seseorang(sebut saja namanya si X) kepada salah
satu temanku(Sebut saja namanya si Y). Si Y ini termasuk orang yang suka
menandai temannya pada setiap postingannya. Nah, melalui wallpost itu, Si X mengutarakan
keberatannya atas ditandainya dirinya pada banyak postingan Si Y. Intinya, dia
tidak suka dirinya ditandai karena banyak muncul pemberitahuan yang tidak
relevan dengan dirinya.
Jujur, aku juga
pernah memiliki inisiatif untuk melakukan aksi yang sama dengan Si X. Namun,
beberapa tahun yang lalu, aku menyadari satu hal. Hal inilah yang kemudian
mengurungkan niatku untuk berbuat sebagaimana Si X. Aku menyadari bahwa ketika
seseorang ditandai(ditag) pada sebuah postingan, secara otomatis postingan itu
akan muncul di beranda temannya. Kita ambil contoh, misalnya Ali menandai Bob
pada foto pamfletnya. Coki adalah teman Bob. Maka, pada saat itu juga, di
beranda Coki akan muncul postingan kurang lebih seperti ini:
“Bob ditandai
pada sebuah foto” atau “Bob
was tagged in a photo” kemudian di bawahnya muncul deh foto pamfletnya Ali.
Tuh kan, Meskipun Ali tidak berteman atau tidak kenal sama sekali, tapi berkat
tag Bob, info pamphlet itu juga tersampaikan ke Coki.
Dengan fitur
seperti itulah, akhirnya aku berpikir
seperti ini:
Selama postingan
itu bukan sesuatu yang salah atau melanggar norma, maka tidak ada salahnya bila
kita ditandai. Kalaupun sekiranya postingan itu sama sekali tidak bermanfaat
bagi kita, tidak menutup kemungkinan ia justru sangat bermanfaat bagi
teman-teman kita. Nah, sadar atau tidak kita telah menjadi perantara kebaikan
kepada orang lain. Terlebih lagi, bila postingannya bermuatan nilai dakwah, wah
hanya dengan mengikhlaskan diri kita ditandai(ditag) kita sudah menjadi
perantara dakwah. Bagaimana kalau dengannya, ada yang mendapat hidayah? WOW.
Tapi Tentu saja, niat itu perlu. Makanya, mulai saat ini, milikilah niat
seperti itu. Dengan ditandainya kita pada postingan dakwah, teman kita bisa
membacanya dan semoga mendapatkan manfaat darinya. Kita niatkan Mudah-mudahan
dengan itu, kita bisa meraih pahala dari Allah.
Muncul banyak
pemberitahuan? Ah, emangya kenapa? Apa susahnya sih? Cuma satu kali klik: clear
notification, terhapus deh tuh pemberitahuan. Kita juga bisa
meremove(menghapus) nama kita yang ditandai pada postingan tersebut, atau klik
unfollow post. Bahkan, ini sangat diharuskan bila kita ditandai pada postingan
yang tidak baik. Tapi, untuk postingan dakwah, sebaiknya pikir pikir dulu deh..
Oiya, satu hal
lagi, bagi yang rajin posting hal-hal yang bermanfaat, jangan ragu menandai
teman sebanyak sebanyaknya. Kalau memang niat kita untuk kebaikan, kenapa harus
ragu?
2.
Comment and Like!
Dikomentari atau
diLike merupakan hal yang banyak didambakan oleh pengguna facebook. Saking
inginnya, banyak postingan yang mencantumkan secara terang-terangan permohonan agar
dikomentari atau minimal dilike. Pernah aku menemukan tambahan postingan
seperti ini:
“komen yaah”
“WAJIB KOMEN”
“jangan jadi
facebooker passif! Komen dong”
“Jangan pelit
Like-nya gan”
“yang Like dapat
pahala”
“semoga yang Like
masuk surga”
Pernah terlintas
pertanyaan di pikiranku apakah dengan memiliki banyak Like, Mark Zuckerberg CS
akan mentransferkan Dollar kepada pemilik postingan? Kalau di website sih, aku
kenal yang namanya Pay Per Click(PPC), yaitu setiap kali ada orang yang
mengklik, maka kita dapat poin yang nantinya bisa kita tukar dengan uang. Tapi,
jelas kasus di FB ini sangat beda dengan PPC.
Ntahlah, apa
karena aku kurang informasi atau karena memang tidak ada sama sekali, yang
jelasnya aku berasumsi bahwa secara Fisikiah, mengharapkan postingan kita
diLike atau dikomen itu sama saja dengan mengharapkan cicak jatuh dari dinding:
Jatuh, kita liat, lalu naik lagi ke dinding. Gak ada manfaatnya!
Beda halnya bila
diselidiki secara Bathiniyah. Ternyata mendapatkan Like dan Komen pada
postingan kita dapat memberikan kepuasan batin. Mungkin karena ada kesan nilai
popularitas di dalamnya.
“(y) Ali likes
your Note “Sebatang kaki sapi yang imut” ”
“(y) 121.980
people like this”
“(y) Bob and 7
other people like this”
“Coki, Ali, and Bob
commented on your photo”
Ketika mendapatkan
pemberitahuan seperti di atas, seolah olah ada yang tergelitik di hati kita. Susah
didefiniskan. Seperti seekor semut merah yang berjalan di atas batu bata.
Perasaan banggakah? Mungkin saja ya.. Hemm…
Beberapa waktu
setelah menyadari inti point 1 tadi(mengenai tag), akhirnya aku kembali
menyadari satu hal. Ternyata, dengan mengomentari atau hanya sekedar nge-Like
suatu postingan, automatically hal itu memunculkan postingan tersebut di
beranda teman. Kita langsung cekidot contohnya saja:
Si Ali update
status: “Kok aneh ya? Kenapa sore ini aku merasa lapar? Padahal aku belum makan
sejak pagi..”
14 detik kemudian,
Si Bob mengomentari: “Makanya, kalo mandi pake Autan dong!”
Naaah.. Di beranda
Si Coki yang merupakan teman Si Bob akan muncul kurang lebih seperti ini:
“Bob commented on
a status” lalu di bawahnya muncullah status dan komentarnya.
Perkara serupa
juga berlaku untuk Like(menyukai).
Di sini ada 2 hal
penting yang ingin aku sampaikan. Pertama, bila ada postingan yang bermanfaat,
maka jangan kikir untuk mengomentari atau sekedar mengklik (y) Like. Yah,
karena itu tadi, toh dengan demikian, postingan itu juga bisa tersampaikan ke
beranda teman-teman kita. Sekali lagi, kita bisa jadi perantara kebaikan.
Kedua, Pikir
baik-baik sebelum komen atau Like!
Khususnya postingan yang bermuatan syubhat di dalamnya. Banyak pengguna FB yang
sering terpancing untuk mengomentari postingan yang mampu memicu keragu raguan
dalam hati. Terutama syubhat Syi’ah yang banyak beredar melalu jejaring social
ini. Ingat! Dengan mengomentari postingan, itu akan membawanya ke beranda
teman-teman kita. Alhamdulillah, kalau kita memiliki ilmu mapan untuk
membantahnya dengan baik. Tapi kalau setengah-setengah? Yang ada ia justru akan
berdampak buruk bagi orang yang masih awam. Dan penting untuk kita ketahui,
orang kadang tidak membaca komentar, mereka berhenti di postingannya saja.
Ini perkara sangat
serius! Jangan main-main.
3.
Hit Share!
Share atau bagikan
adalah fitur FB yang berguna untuk
meneruskan suatu postingan. Dengan mengklik share, kita tidak perlu lagi
mengetik ulang status atau mengupload ulang foto untuk menyebarluaskannya.
Kebanyakan orang
minta izin sebelum membagikan postingan. Ntahlah apakah diwajibkan seperti itu
atau hanya dianjurkan. Tapi Secara pribadi, aku berpendapat sebenarnya kita
tidak perlu meminta izin. Tertutama bila postingannya tentang dakwah yang
memang sebaiknya disebarkan. Mengapa tidak perlu? Karena pada postingan yang
kita share itu tidak menghilangkan nama orang yang memostingnya. Aksi Plagiat
tidak perlu dikhwatirkan. Meskipun yah tidak ada salahnya juga bila minta izin.
Nah, bagi para
facebooker yang ikut dalam kompetisi Fastabiqul Khaerat, kita bisa memanfaatkan
fitur share ini. Caranya mudah, bertemanlah dengan para ustadz, masukkan mereka
dalam list(daftar) teman dekat(close friend), sehingga setiap postingan mereka
akan muncul di pemberitahuan. Setelah itu, rajin-rajinlah klik share di setiap
postingan mereka(para ustadz).
Eitz.. Niatkan untuk pahala.
*****
Facebook itu Biru. Kenapa aku katakan seperti itu?
Aku masih ingat dulu waktu semester satu, suatu hari di kelas Speaking, asisten dosen memanggilku
“The Blue Guy”. Aku tidak tau pasti apa maksudnya. Tapi, satu-satunya hal yang
kupikir menjadi alasan ialah karena hari itu aku memakai baju berwarna biru.
Mungkin seperti itulah alasan mengapa aku mengatakan Facebook itu biru. Karena
warna dasarnya yang memang biru.
Mayoritas permukaan bumi ini adalah lautan.
Tentu saja lautan itu sangat luas! Dan Lautan itu biru..
Bumi ini dikelilingi oleh langit.
Tentu saja langit itu sangat luas! Dan Langit itu biru..
Berlebihankah bila kukatakan bahwa warna terbanyak di dunia ini ialah
biru?
Facebook itu biru.
Tentu saja Facebook itu sangat luas! Ada banyak sekali yang bisa terjadi di
dalamnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam mengarunginya. Ibarat Pisau di
dapur. Kalau anak-anak usia 8 bulan yang memegangnya atau orang yang tidak tau
apa-apa, maka bisa naas akibatnya. Berbeda halnya bila dipegang oleh seorang
Ibu ayu nan anggun yang lihai memasak. Believe or not, Pisau itu bisa menyihir
sebutir telur, menjadi sepiring nasi goreng istimewa yang mengukirkan seuntai
kalung senyuman di bibir suaminya yang kelaparan.
Demikianlah yang
dapat kami paparkan. Kami selalu berharap semoga apa yang kami lakukan ini bisa
bermanfaat dan bernilai ibadah di sisi Allah.
Tetap semangat!
Kompetisi Fastabiqul Khaerat belum berakhir!
Wallohu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar