Senin, 14 Januari 2013

Facebook is Blue!



Bismillah..
Facebook telah menginvasi penduduk bumi selama kurang lebih tujuh tahun. Pengaruhnya berdampak merata ke seluruh Negara. Ia menjerumuskan manusia pada sebuah zona multidimensi. Akibatnya, interaksi antar manusia tidak lagi dibatasi oleh ruang. Si Ali yang lagi asyik makan bakwan di kantin kampus, bisa berkomunikasi secara live dengan Djokowi yang lagi basah ngurus banjir. Si Bob yang taunya Cuma bahasa bugis, bisa berteman dengan Lionel Messi. Si Coki yang super introvert, bisa menjadi lebih popular dari ketiga calon gubernur.  Ada banyak hal yang ditawarkan oleh Si Buku Wajah ini. Namun, karena keterbatasan kami dari segi ilmu, tenaga, waktu, dan dilijensi, maka kami hanya akan mengangkat 3 hal.


1.       Tagging/menandai
Mungkin kita semua pernah atau bahkan seringkali menandai teman pada postingan kita, baik itu status, foto, video, ataupun catatan(selanjutnya kami selalu mewakilkan keempatnya dengan kata “postingan”).  Ini merupakan fitur publikasi yang sangat jitu. Dengan menandai teman, maka postingan itu akan muncul di dinding teman(yang ditandai). Bila dipikirkan secara kasat otak, maka ini semacam forced publication atau publikasi secara paksa. Artinya apa? Kita memaksa teman mengetahui apa yang kita posting tersebut.

Mungkin kita semua pernah atau bahkan seringkali merasa jengkel ketika ditandai pada sebuah postingan. Gimana gak jengkel coba? Puluhan pemberitahuan mendadak muncul bertubi tubi, lalu setelah dibuka, eh ternyata Cuma adu komen antar orang yg tak dikenal yang terjadi pada postingan itu  dan tidak ada hubungannya sama sekali dgn kita.

Kemarin, aku membaca sebuah wall post dari seseorang(sebut saja namanya si X) kepada salah satu temanku(Sebut saja namanya si Y). Si Y ini termasuk orang yang suka menandai temannya pada setiap postingannya.  Nah, melalui wallpost itu, Si X mengutarakan keberatannya atas ditandainya dirinya pada banyak postingan Si Y. Intinya, dia tidak suka dirinya ditandai karena banyak muncul pemberitahuan yang tidak relevan dengan dirinya. 

Jujur, aku juga pernah memiliki inisiatif untuk melakukan aksi yang sama dengan Si X. Namun, beberapa tahun yang lalu, aku menyadari satu hal. Hal inilah yang kemudian mengurungkan niatku untuk berbuat sebagaimana Si X. Aku menyadari bahwa ketika seseorang ditandai(ditag) pada sebuah postingan, secara otomatis postingan itu akan muncul di beranda temannya. Kita ambil contoh, misalnya Ali menandai Bob pada foto pamfletnya. Coki adalah teman Bob. Maka, pada saat itu juga, di beranda Coki akan muncul postingan kurang lebih seperti ini:
“Bob ditandai pada sebuah foto” atau “Bob was tagged in a photo” kemudian di bawahnya muncul deh foto pamfletnya Ali. Tuh kan, Meskipun Ali tidak berteman atau tidak kenal sama sekali, tapi berkat tag Bob, info pamphlet itu juga tersampaikan ke Coki.

Dengan fitur seperti itulah,  akhirnya aku berpikir seperti ini:
Selama postingan itu bukan sesuatu yang salah atau melanggar norma, maka tidak ada salahnya bila kita ditandai. Kalaupun sekiranya postingan itu sama sekali tidak bermanfaat bagi kita, tidak menutup kemungkinan ia justru sangat bermanfaat bagi teman-teman kita. Nah, sadar atau tidak kita telah menjadi perantara kebaikan kepada orang lain. Terlebih lagi, bila postingannya bermuatan nilai dakwah, wah hanya dengan mengikhlaskan diri kita ditandai(ditag) kita sudah menjadi perantara dakwah. Bagaimana kalau dengannya, ada yang mendapat hidayah? WOW. Tapi Tentu saja, niat itu perlu. Makanya, mulai saat ini, milikilah niat seperti itu. Dengan ditandainya kita pada postingan dakwah, teman kita bisa membacanya dan semoga mendapatkan manfaat darinya. Kita niatkan Mudah-mudahan dengan itu, kita bisa meraih pahala dari Allah.

Muncul banyak pemberitahuan? Ah, emangya kenapa? Apa susahnya sih? Cuma satu kali klik: clear notification, terhapus deh tuh pemberitahuan. Kita juga bisa meremove(menghapus) nama kita yang ditandai pada postingan tersebut, atau klik unfollow post. Bahkan, ini sangat diharuskan bila kita ditandai pada postingan yang tidak baik. Tapi, untuk postingan dakwah, sebaiknya pikir pikir dulu deh..
Oiya, satu hal lagi, bagi yang rajin posting hal-hal yang bermanfaat, jangan ragu menandai teman sebanyak sebanyaknya. Kalau memang niat kita untuk kebaikan, kenapa harus ragu?

2.       Comment and Like!
Dikomentari atau diLike merupakan hal yang banyak didambakan oleh pengguna facebook. Saking inginnya, banyak postingan yang mencantumkan secara terang-terangan permohonan agar dikomentari atau minimal dilike. Pernah aku menemukan tambahan postingan seperti ini:
“komen yaah”
“WAJIB KOMEN”
“jangan jadi facebooker passif! Komen dong”
“Jangan pelit Like-nya gan”
“yang Like dapat pahala”
“semoga yang Like masuk surga”

Pernah terlintas pertanyaan di pikiranku apakah dengan memiliki banyak Like, Mark Zuckerberg CS akan mentransferkan Dollar kepada pemilik postingan? Kalau di website sih, aku kenal yang namanya Pay Per Click(PPC), yaitu setiap kali ada orang yang mengklik, maka kita dapat poin yang nantinya bisa kita tukar dengan uang. Tapi, jelas kasus di FB ini sangat beda dengan PPC.

Ntahlah, apa karena aku kurang informasi atau karena memang tidak ada sama sekali, yang jelasnya aku berasumsi bahwa secara Fisikiah, mengharapkan postingan kita diLike atau dikomen itu sama saja dengan mengharapkan cicak jatuh dari dinding: Jatuh, kita liat, lalu naik lagi ke dinding. Gak ada manfaatnya!
Beda halnya bila diselidiki secara Bathiniyah. Ternyata mendapatkan Like dan Komen pada postingan kita dapat memberikan kepuasan batin. Mungkin karena ada kesan nilai popularitas di dalamnya.

“(y) Ali likes your Note “Sebatang kaki sapi yang imut” ”
“(y) 121.980 people like this”
“(y) Bob and 7 other people like this”
“Coki, Ali, and Bob commented on your photo”

Ketika mendapatkan pemberitahuan seperti di atas, seolah olah ada yang tergelitik di hati kita. Susah didefiniskan. Seperti seekor semut merah yang berjalan di atas batu bata. Perasaan banggakah? Mungkin saja ya.. Hemm…

Beberapa waktu setelah menyadari inti point 1 tadi(mengenai tag), akhirnya aku kembali menyadari satu hal. Ternyata, dengan mengomentari atau hanya sekedar nge-Like suatu postingan, automatically hal itu memunculkan postingan tersebut di beranda teman. Kita langsung cekidot contohnya saja:
Si Ali update status: “Kok aneh ya? Kenapa sore ini aku merasa lapar? Padahal aku belum makan sejak pagi..”
14 detik kemudian, Si Bob mengomentari: “Makanya, kalo mandi pake Autan dong!”
Naaah.. Di beranda Si Coki yang merupakan teman Si Bob akan muncul kurang lebih seperti ini:
“Bob commented on a status” lalu di bawahnya muncullah status dan komentarnya.
Perkara serupa juga berlaku untuk Like(menyukai).
Di sini ada 2 hal penting yang ingin aku sampaikan. Pertama, bila ada postingan yang bermanfaat, maka jangan kikir untuk mengomentari atau sekedar mengklik (y) Like. Yah, karena itu tadi, toh dengan demikian, postingan itu juga bisa tersampaikan ke beranda teman-teman kita. Sekali lagi, kita bisa jadi perantara kebaikan.

Kedua, Pikir baik-baik sebelum  komen atau Like! Khususnya postingan yang bermuatan syubhat di dalamnya. Banyak pengguna FB yang sering terpancing untuk mengomentari postingan yang mampu memicu keragu raguan dalam hati. Terutama syubhat Syi’ah yang banyak beredar melalu jejaring social ini. Ingat! Dengan mengomentari postingan, itu akan membawanya ke beranda teman-teman kita. Alhamdulillah, kalau kita memiliki ilmu mapan untuk membantahnya dengan baik. Tapi kalau setengah-setengah? Yang ada ia justru akan berdampak buruk bagi orang yang masih awam. Dan penting untuk kita ketahui, orang kadang tidak membaca komentar, mereka berhenti di postingannya saja.
Ini perkara sangat serius! Jangan main-main.

3.       Hit Share!
Share atau bagikan adalah fitur FB yang berguna  untuk meneruskan suatu postingan. Dengan mengklik share, kita tidak perlu lagi mengetik ulang status atau mengupload ulang foto untuk menyebarluaskannya.
Kebanyakan orang minta izin sebelum membagikan postingan. Ntahlah apakah diwajibkan seperti itu atau hanya dianjurkan. Tapi Secara pribadi, aku berpendapat sebenarnya kita tidak perlu meminta izin. Tertutama bila postingannya tentang dakwah yang memang sebaiknya disebarkan. Mengapa tidak perlu? Karena pada postingan yang kita share itu tidak menghilangkan nama orang yang memostingnya. Aksi Plagiat tidak perlu dikhwatirkan. Meskipun yah tidak ada salahnya juga bila minta izin.
Nah, bagi para facebooker yang ikut dalam kompetisi Fastabiqul Khaerat, kita bisa memanfaatkan fitur share ini. Caranya mudah, bertemanlah dengan para ustadz, masukkan mereka dalam list(daftar) teman dekat(close friend), sehingga setiap postingan mereka akan muncul di pemberitahuan. Setelah itu, rajin-rajinlah klik share di setiap postingan mereka(para ustadz).
 Eitz.. Niatkan untuk pahala.

*****
Facebook itu Biru. Kenapa aku katakan seperti itu?
Aku masih ingat dulu waktu semester satu, suatu hari  di kelas Speaking, asisten dosen memanggilku “The Blue Guy”. Aku tidak tau pasti apa maksudnya. Tapi, satu-satunya hal yang kupikir menjadi alasan ialah karena hari itu aku memakai baju berwarna biru. Mungkin seperti itulah alasan mengapa aku mengatakan Facebook itu biru. Karena warna dasarnya yang memang biru.
Mayoritas permukaan bumi ini adalah lautan.
Tentu saja lautan itu sangat luas! Dan Lautan itu biru..
Bumi ini dikelilingi oleh langit.
Tentu saja langit itu sangat luas! Dan Langit itu biru..
Berlebihankah bila kukatakan bahwa warna terbanyak di dunia ini ialah biru? 

Facebook itu biru. Tentu saja Facebook itu sangat luas! Ada banyak sekali yang bisa terjadi di dalamnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam mengarunginya. Ibarat Pisau di dapur. Kalau anak-anak usia 8 bulan yang memegangnya atau orang yang tidak tau apa-apa, maka bisa naas akibatnya. Berbeda halnya bila dipegang oleh seorang Ibu ayu nan anggun yang lihai memasak. Believe or not, Pisau itu bisa menyihir sebutir telur, menjadi sepiring nasi goreng istimewa yang mengukirkan seuntai kalung senyuman di bibir suaminya yang kelaparan.

Demikianlah yang dapat kami paparkan. Kami selalu berharap semoga apa yang kami lakukan ini bisa bermanfaat dan bernilai ibadah di sisi Allah.
Tetap semangat! Kompetisi Fastabiqul Khaerat belum berakhir!
Wallohu a’lam.

Rappang, Ba’da Isya, 14-1-2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar